Agen Judi Ayam - Cerita Melepaskan Keperjaanku Bersama Tanteku - Ini adalah kisahku pada waktu aku masih SMP kelas tiga di kota
kembang, waktu itu aku ada liburan di rumah kakekku di daerah lembang,
disana tinggal kakek dan keluarga bibi ku. Bibiku adalah kasir sebuah
bank karena menikah dengan pamanku yang satu kantor dia mengundurkan
diri dan hanya sebagai ibu rumah tangga, orangnya ayu, putih berlesung
pipit dengan usia sekitar 27 tahunan. Dia tinggal dirumah kakekku karena
rumahnya sedang dibangun di daerah bogor sedang suaminya (adik ayahku)
tinggal di kost dan pulang seminggu sekali.
Agen Judi Ayam - Aku dan bibiku sangat
akrab karena dia memang sering main kerumahku sewaktu belum berkeluarga
dan waktu kecil sering tidur di kamarku bahkan waktu kuliah dia lebih
banyak tidur dirumahku dari pada ditempat kostnya. Anaknya masih kecil
berumur sekitar 1 tahun.
Suatu pagi aku kaget ketika seseorang
membangunkanku dengan membawa segelas teh hangat, “Bangun…. Males amat
kamu disini biasanya kan sudah nyiramin taneman sama nyuci mobil”
“Males ah, liburan masak suruh kerja juga….”
“Lha masak kakekmu yang sudah tua itu suruh nyiramin bunga sendiri dan mobilku siapa yang nyuci…”
“Kan ada bi ijah “
“Bi ijah lagi sakit dia gak sempet…, bangun bangun ah males ya” dicubitnya pinggangku
“Udah udah geli ampun….” Kataku bangun sambil mendorong mukanya.
Kakekku pulang dari jalan paginya dan asik berbincang dengan temannya
diruang tamu. Aku kemudian beranjak ke kamar mandi baru membuka baju
bibiku mengetuk pintu ”Rik mandinya di sungai sekalian temenin aku
nyuci, lagi mati lampu nih….. andi biar di jaga kakek”
“Ya siap
boss…” ku buka pintu dan membawa cucian seember besar ke belakang rumah,
bibiku mengikutiku sambil membawa handuk, pakaian ganti dan sabun cuci.
Di belakang rumah ada jalan kecil yang tembus ke sungai di pinggir
kampung sungai itu dulu sangat ramai oleh penduduk yang mandi atau
mencuci tapi sekarang sudah jarang yang memakai, hanya sesekali mereka
mandi disungai.
“Sana di belakang batu itu aja, tempatnya adem
enak…” dibelakang batu itu terdapat aliran kecil dan batu batu pipih
disekelilingnya tumbuh-tumbuhan lebat itu kami bermaksud
mencuci..ternyata sudah ada seorang wanita muda yang sedang mandi
mengenakan kain batik ternyata wulan tetangga sebelah rumahku
“eh rik tumben mau ke sungai….” Katanya ramah
“Ya nih di paksa bos… “
“Wah kalah duluan nih, nyuci juga kamu wul “
“Aku dah dari tadi.. kalo listrik mati gini baru pada ke kali, kalo gak pakaian bayiku siapa kapan keringnya”
katanya sambil keluar dari sungai dan mengambil handuk di tepi sungai.
Selendang
batik itu membentuk lekuk tubuhnya dibagian depan terlihat dengan jelas
sembulan dua buah dada yang sangat besar, sedang ditengah leher putihya
terdapat sebuah kalung tipis yang membuat dirinya terlihat ramping, ia
kemudian membelakangi kami dan melepas selendang itu kemudian
mengusapkan handuk ke sekujur tubuhnya.
Kontan saja aku kaget
melihat pemandangan itu, walaupun membelakangiku tapi aku dengan jelas
dapat melihat seluruh tubuh putihnya itu tanpa sehelai benangpun,
bokongnya yang berisi telihat jelas setelah dia mengusap tubuhnya kini
ia mulai membasuh rambutnya yang panjang sehingga seluruh tubunya bisa
kulihat, ketika aku membasahi cucian kemudian duduk
”Kapan kamu kesini rik..”sambil memiringkan tubuhnya karuan saja tetek gedhenya terlihat, aku kaget dengan pertanyaannya.
“Apa wul aku lagi gak konsen..” ia memalingkan badan kearahku
“Ati-ati disungai jangan ngelamun, kamu kapan datang..”
“Oh aku baru kemarin..” kataku sambil mencelupkan baju-baju ke air
sedang mataku tentu saja mengarah ke kedua teteknya yang tanpa sengaja
diperlihatkan,.
Bibiku bergerak menjauhi kami, mencari tempat untuk buang air karena dari tadi dia kebelet beol.
“Anakmu umur berapa teh.. kok gak diajak “ kataku
“Masih 1 tahun setengah, tadi sama adikku jadi aku tinggal nyuci” setelah rambutnya agak kering ia kemudian memasang
handuknya dipinggangnya dan membalikkan tubuhnya tangan kanannya
menutupi mencoba menutupi teteknya yang berukuran wah itu walaupun
akhirnya yang tertutupi cuma kedua putingnya sedang tangan kirinya
mencari celana dalam di atas batu itu setelah menemukannya, dia kemudian
membalikkan badannya dan menaikkan handuknya, celana dalam
berwarna putih itu terlihat cukup tipis dan seksi di pinggir-pinggirnya ada bordir kecil bermotif bunga.
“Anakmu siapa namanya…?”
“Intan..
cantikkan “ ia berbalik, pakaian dalam tipis sudah menutupi memek dan
pinggangnya itu sejenak dia melihatku dan kemudian melepaskan tangan
kanannya dari teteknya sepertinya dia nyaman memperlihatkan teteknya
padaku karena dari tadi aku pura-pura cuek dan pura-pura membasuhi baju
kotor padahal adikku sedari tadi gelisah.
Ia kemudian duduk dan membilas selendang batiknya
“Cantik sih namanya.. tapi belum lihat wajahnya secantik emaknya gak ya..”
“Ya pasti.. emaknya aja cantik anaknya ikut donk “katanya sombong, kusiramkan air ke arahnya segera ia berdiri dan
membalas siramanku
“Maaf salah cetak harusnya, maknya aja jelek apalagi anaknya…” kami pun
akhirnya saling menyiramkan air setelah beberapa saat dia kewalahan
menahan seranganku.
“Ampun ampun…” katanya sambil ketawa
cengengesan, akupun menghentikan seranganku tapi kemudian dia malah
berdiri mengambil ember dan menghampiriku menyiramku sehingga seluruh
bajuku basah kuyup, aku kaget dan reflek mengambil ember ditangannya dia
kemudian membalikkan badan untuk menjauhkan darinya, tanpa sadar
tubuhku memeluknya dan satu tanganku ada pada dadanya yang terbuka.
Akhirnya aku bisa meraih ember itu, ia berusaha melepaskan dari
dekapanku tapi sia sia aku sudah siap, ku ambil air dan meletakkanya
diatas kepalanyaa
” Ampun ri,, aku dah mandi.. awas lo ntar tak
bilangin kakekmu “ aku tetap saja memegang badannya dan mengancam,
akhirnya ia berbalik dan dengan leluasa aku menyiram ke sekujurtubuhnya
kemudian tanganku mengelus elus tubuhnya
”nih aku mandiin lagi hehehhe,……” sekujur tubuhnya basah termasuk celana dalamnya sehingga isi didalamnya samar
samar terlihat, kami tertawa geli dicubitnya pinggangku hingga agak lama ”aduh ampun sakit “kataku sambil menarik
tangannya, untuk beberapa saat kami saling memandang sambil tertawa geli, kami kemudian ke tepi sungai untuk
mengambil handuk, ia kemudian kembali menyeka air ditubuhnya sementara aku sambil duduk disampingnya sembari
menyeka air di kepalaku.
Wajahnya
tampak cemberut di usapkannya handuk ke muka dan rambutnya kemudian
mulai turun ke dua buah dadanya kemudian turun ke perutnya yang kecil
kemudian turun ke selangkangannya kemudian dia merunduk dan menyeka
kakinya, kemudian melemparkan handuknya yang basah ke mukaku, aku
kemudian menggunakan handuknya itu untuk mengusap muka (lumayan aroma
tubuhnya masih nempel nih) aku kemudian mengembalikan padanya. Di
ikatkannya handuk itu di pinggang kemudian duduk tepat di depanku dan di
turunkannya celana dalamnya, karena ikatannya kurang kuat setelah
celana dalamnya berhasil melewati kaki indahnya handuk itupun ikut
terbuka sehingga isi selangkanganya terpampang di depanku.
“Eit…” katanya sambil tangan kanannya menutupi memeknya, aku tersenyum
“Kelihatan nih ye…” kataku sambil memalingkan muka, kakinya menendang tubuhku, kemudian di usapkannya handuk
itu ke tengah selakangannya yang masih lumayan basah karena mengenakan
celana dalam basah. Aku kemudian memandang kembali kearahnya nampaknya
dia merasa nyaman saja mengetahui memeknya dilihat aku, diusapkannya ke
arah rambut-rambut pubis tipisnya kemudian ia mengusap bibir-bibir
coklatnya bawahnya yang masih kencang sambil
tersenyum sendiri
“Awas bisa gila lho tersenyum sendiri…” ia menghentikan usapannya sambil membetulkan posisinya
“Ia kalo lama-lama deket sama kamu bisa gila …” katanya sambil berdiri
“Eh, bau …” sambil kututup hidungku yang tepat berada didepan memeknya
“Seger lagi coba cium, katanya sambil menarik mukaku dan menempelkannya pada memeknya yang telah ditutupi salah
satu tangannya. Tanganku mengambil tangan yang menutupinya
“Rambutnya kok gak rapi gak pernah dicukur ya,,,,” kubelai rambut bawahnya kemudian bergerak membuka kedua
bibir bawahnya ”Dah punya anak masih kenceng aja nih kulit..” kataku sambil megelus elus memeknya dengan handuk
sementara dia membalut tubuhnya dengan handuk sehingga kepalaku berada didalamnya.
Aku kaget dan membuka handuk sambil mencari bibiku takut ketahuan, kepala bibiku tampak masih ada dibelakang batu
besar disamping sungai itu lagi asik membuang hajat..
“Berani cium gak 5 Ribu deh… “ dibukanya kembali handuknya sambil tersenyum menantang, memeknya tampak begitu
menggairkan
“Gak ah bau tuh.. tambah deh 10 “ kataku cengengesan
“Deal…” Katanya sambil duduk jongok Mukaku kumajukan untuk dapat
mencium memeknya, pelan-pelan kubuka bibirnya dan ku elus elus seluruh
memeknya sambil pura-pura menutup hidung seperti mau minum jamu.
Kemudian ku buka mulut dan mulai mengeluarkan lidah, wulan nampak
melihat kesekeliling kemudian aku mulai menjilat dengan pelan ke paha
kanan kemudian kiri dan akhirnya menjilati memeknya ia tampak mengerang
geli,
“Ih…” katanya pelan, lidahku yang masih menempel kemudian
kumasukkan kedalam memeknya dan menggerak gerakkan memutar sehingga ia
tambah geli. Setelah kurang lebih 5 detik ku tarik mukaku
“Memek lo bau juga ya… mana 10 ribunya..?” ia menutupi kembali memeknya dengan handuk dan berdiri
“Ntar ya dirumah, mang aku bawa dompet apa? daa…” sumpret belum puas
ngotak-atik mesin bmw (bulu memek wanita) ia sudah pergi, yah akhirnya
aku hanya bisa kembali swalayan sambil melihat ia berlalu,
bibiku
akhirnya menyelesaikan BAB nya aku masih berendam bermain main di sungai
sambil mengembalikan tenaga setelah swalayan. Kami kemudian asyik
mencuci sambil ngobrol seru-seruan, bibi mencuci sedang aku membilasnya,
sesekali kami saling menyiramkan air sehingga baju kami basah semua
akhirnya baju yang kami selesai semua aku mulai membuka semua bajuku
sehingga hanya menyisakan celana kolorku saja, sementara bibiku yang
dari tadi berhadapan denganku menggeser duduknya menyamping, kemudian
menaikkan dasternya kemudian celana dalam putih pelan pelan turun dari
pahanya mulus bibiku kemudian dia menghadap kembali padaku dengan posisi
kaki lebih rapat, tidak seperti tadi dimana kadang aku bisa melihat
celana dalamnya.
“Ih celana dalamnya dah pada bolong nih…” kuangkat celana dalamnya, bibiku segera menyambarnya
“Mana? Masih baru nih..” katanya sambil melemparkannya kepadaku. Dia
kemudian menurunkan dasternya dan mencopot kutang dari tempatnya dan
kemudian menaikkan kembali dasternya, tanpa segaja dia membuka kakinya
sehingga bulu bulu tipis samar-samar terlihat diantara pahanya terlihat
jelas didepanku, dia menunduk mencuci bhnya sehingga teteknya menyembul
diantara belahan dasternya,
“Sini kolormu dicuci sekalian…” aku bengong mendengarnya,
“Copot sekalian gih kolormu.. “
“Wah gak bawa celana dalam bi….” Bibiku tidak menjawab dan memegang kolorku, akhirnya aku berdiri dan membuka
pelan-pelan kolorku sehingga adikku menampakkan diri.
“Lho dah sunat to kamu ?” dilihatnya burungku yang masih imut-imut plus rambut yang baru pada keluar, ku pegang
burungku sambil melirik kaki bibi yang sedikit terbuka.
“Dah lama ya kita gak mandi bareng…” ia tersenyum
“Ia dulu waktu masih SD kamu hanya mau mandi bareng aku mang kenapa sih ?”
“Ya milih yang cantik donk, masak sama mak ijah kan dah pada keriput semua,…” ia kemudian membuka dasternya
sehingga seluruh tubuhnya terbuka dan menggeser duduknya menyamping.
“Sana taruh di pinggir “
aku
kemudian meletakkan cucian kemudian kembali ke tempatnya. Teteknya yang
bersih dan putih walaupun tak sebesar punya wulan terlihat masih sama
seperti dulu, tubuhnya yang putih sintal dan rambut yang tergerai
membuat semua orang pasti mengakui dia wanita ayu.
“Ssst lihat
memeknya donk bi…” ia melengos dan menutupi pangkal pahanya dengan
tangan, aku menarik tangannya terlihat rambut-rambut tipis berada di
tengah
“Hiii… bulunya habis dicukur ya…” ia tersenyum geli, ia kemudian menggeser duduknya sehinga tepat didepanku
“Kok tahu…. bagus kan” dibelai nya rambut pubis itu bangga
“Ya tahu lah… dulu kan lebih tebal dari ini….mang napa dicukur”
“Nggak lagi pingin aja … kalo mau dateng bulan aku biasa potong, kalo gak tak cabut pake lilin, kalo rapi kan sehat….”
Kakinya yang rapat membuat aku hanya kebagian melihat rambutnya saja.
“Lihatin donk….” Kataku sambil mengelus elus pahanya tangannya menghela
tanganku dari pahanya tapi kemudian aku kembali mengelusnya setelah itu
dia melihat tajam kepadaku, pelan-pelan tanganku berhasil menggeser
satu kakinya sehingga memeknya sedikit terlihat.
“Wah masih sama kaya dulu ya.. walaupun dah punya anak masih terlihat kenceng punyamu” ia tersenyum mendengar
bualanku dan membiarkan aku melihat seluruh isi memeknya, tanganku mulai membelai memeknya pelan kemudian
mengusap-usapnya
“Jangan nakal ah.. geli..” aku tetap saja mengelus elusnya
“Mandi sana.” Tangannya mendorong mukaku sehingga aku terjatuh, dia
kemudian berjalan kearah air yang lebih dalam kemudian berenang renang
kecil
“Ri ambilin sabun donk…” aku duduk mendekatinya dan mengacungkan sabun, ditariknya tanganku sehingga aku jatuh
dia tersenyum aku kemudian membalas dengan menyiramkan air kemukanya
setelah beberapa saat bercanda di dalam air ia kemudian naik ke sebuah
batu untuk membersihkan diri dengan sabun. Dengan menghadap kepadaku ia
mulai
meletakkan sabunnya dileher jenjangnya, pelan pelan turun ke teteknya, kemudian ke tangan dan kakinya dan berahir
pada memeknya setelah itu dia kemudian menggosok badannya untuk
memperbanyak busa. Aku keluar dari air dan duduk di sampingnya dia
langsung menggosokkan sabun keseluruh tubuhku dari muka sampai ke kaki,
dengan santai ia
menggosokkan sabun pada penisku.
“Dah gede kamu ri, burungmu dah ada rambutnya..”
“Ya
donk masak mau kecil terus…” ia kemudian membalikkan badannya dan
berdiri sambil memintaku menggosok punggung dan bokongnya yang belum
kena sabun, waktu mengosok bokongnya pelan-pelan tanganku ku senggolkan
ke memeknya nampaknya dia cuek saja dengan terus asik menggosok tubuhnya
dengan sabun, aku mulai memberanikan diri
mengelus dari belakang kedua payudaranya. Ia membalikkan badan, membiarkan aku mengelus elus payudaranya dan
seluruh tubuhnya sementara dia mengelus kakiku dan sesekali mengelus penisku.
Ia kemudian terduduk, seperti biasanya kalo mandi dia selalu terdiam
beberapa saat membiarkan sabun meresap ditubuhnya. Aku yang masih
berdiri didepannya dengan penis tepat di mukanya, ia kemudian
memain-mainkan penis itu,
”Di bersihin donk ri burungnya, nih masih
ada kotorannya” katanya sambil mengelus penisku mesra aku hanya diam
keenakan. Kemudian dia berbaring di atas batu, aku duduk disamping
kakinya sambil mengelus memeknya dan menyiramkan air sehingga seluruh
memeknya kelihatan.
“Dah jangan main itu terus ah geli …” ia
tersenyum menutupkan kakinya aku kemudian menarik kakinya sehingga kini
tubuhku berada diantara kakinya. tanganku mulai menggosok-gosok lagi
kali ini jariku mulai masuk ke memeknya, dia bangun
“Geli ah li.. “tanganku kali ini berhasil diusirnya, tanpa sadar dia mulai melihat burungku yang mulai berkembang dan
menggantung
“Burungmu dah mulai bisa berdiri ri…” dielusnya burungku pelan mesra,
semakin lama burungku makin besar karena tak tahan akan elusannya.
“Kamu dah pernah ngimpi basah ya.. “ aku mengangguk kemudian
“ Bi.. kamu gak lagi mens kan?” ia tersenyum kemudian membimbing tanganku pada dadanya
“Sini bibi ajarin ngelonin cewek…” aku mengikuti saja bimbingan tangannya mengelus pelan teteknya kemudian melintir
putingnya
“yang mesra donk ri anggep aja aku cewekmu “ dia kemudian mencium pipiku dan mendorong mukaku ke teteknya,
aku ciumi semua bagian teteknya kemudian menghisap pelan putingnya, ada air keluar dari susunya aku makin keras
menyedotnya sementara bibi mengusap kepalaku sambil merem menikmatinya.
Kemudian aku menjilati perut dan turun ke rambut memeknya, ke paha
kemudian menengelamkan mukaku ke memeknya, namun tangan bibiku
mencegahnya
“Kamu gak papa ri?” katanya pelan “Gak papa bi, sekalian buat pengalaman“
ia kemudian menyiramkan air ke memeknya setelah itu kucium dan kujilati
memeknya beberapa saat, sementara tanganku dibimbing untuk tetap
mengelus dadanya. dia rupanya terangsang dengan jilatanku,
erangan-erangan kecil
dan tekanan tangannya pada rambutku mengisyaratkan dia sudah mulai terangsang. Merasa cukup ku hentikan jilatanku
kemudian duduk di depannya dia kemudian melek sambil mengelus dan memutar mutan burungku
“Enak kan…?” ucapnya manja, aku kemudian berdiri, penisku tepat berada
di mukanya, beberapa saat dia diam kemudian ia menutup mata dan mencium
penisku
“Kalo jijik gak usah di emut …” ia melepaskan mukanya dan kembali mengocok dengan tangannya.
Ia kemudian duduk diatas batu sambil mengangkan meminta aku memasukkan penis ke memeknya
“ Di gesek aja ya, jangan dimasukkan.. punya pamanmu nih..” aku
kemudian menggesekkan penis ke memeknya sementara tanganku menggoda
teteknya.
“Bi sekalian masukkin ya.. biar ngajarinnya komplit..” ku masukkan tanganku ke memeknya,
“Jangan sama pacarmu saja, kasihan perjakamu…” aku kemudian mencoba
memasukkannya pada memeknya dua kali mencoba ternyata penisku belum bisa
tembus juga, bibiku tersenyum geli
“Tuh kan gak bisa, sini…”
ditariknya penisku, di elus kemudian dimasukkan dalam memeknya, rasanya
sempit sekali memeknya, baru setengah penis masuk bibiku mengeluarkan
kembali
“Susah kan… makanya pelan pelan” ia kembali memasukkan, kali ini lebih dalam, ia kembali menarik tubuhnya sehingga
penisku lepas. Tanganya lepas dari penisku, tanganku yang mau
mengarahkan penisku di tariknya menandakan dia pingin aku memasukkan
tanpa bantuan.
Dua kali mencoba tidak berhasil lagi akhirnya bibiku yang memajukan memeknya, sekali maju langsung masuk,
“uh…. Enak bi …” ia kemudian menggoyang pinggulnya memberikan tekanan
keluar masuk pada penisku, aku merem melek menahan enak sambil
membantunya mengelus tubuhnya,
“Ayo bagianmu…” ia kemudian pasif
membiarkan aku melakukan keinginanku ku. Aku masukkan sampai semua
penisku masuk kemudian bergerak pelan semakin lama semakin cepat
menggoyang maju mundur.
“Bagus ri.. ayo.. ah…. ah… terus sayang….”
aku menurutinya beberapa saat dia meminta aku mengganti posisi kini dia
menungging di depanku dengan sigap kumasukkan penisku berulang ulang
‘oh yes … enak bi… enak….” Lima menit kemudian ia memintaku duduk dia berdiri dihadapanku memeknya kuciumi
sebentar kemudian dia menduduki kakiku,
“ayo aku dah mau nyampe… kamu mau nemenin kan…” dia kemudian memasukkan
memeknya dan bergerak turun naik sementara muka dan tanganku memegang
teteknya
“bii…. Jangan cepet-cepet aku gak kuat nanti…”
“Ayo
sayang … bibi juga gak lama lagi ..” aku melepas tangan dari susunya dan
berkonsentrasi menahan goyangan maut memek bibiku..
“uh.. ah… “ bergantian kami mengucapkannya
“Stop bi… aku mau keluar …” aliran-aliran listrik seakan menjalar
ditubuhku.. bibi melepaskan memeknya, kemudian mengocok penisku dalam
hitungan ke lima air maniku benar benar keluar “crot,,,,” mengarah pada
tubuhnya.. Aku lemas sambil menyedot tetek bibiku aku mengatur nafas
setelah berhasil mencapai puncak
“Wiih enak banget bi…. Yes……”
kataku pelan, ia tersenyum dan mencium pipiku sambil mengelus-elus
teteknya, setelah beberapa istirahat bibiku menuangkan air ke mukaku
“udah mandi yuk…” aku menarik tangannya
“Makasih ya bi… maaf kebablasan” ia tersenyum
“Ayo tak bantu nyampe puncak..” kataku sambil mengelus memeknya, aku
kemudian mencium tetek kemudian memeknya, aku kemudian memasukkan jariku
pada memeknya ia merem melek kemudian aku memasukkan berkali-kali dan
menggelitik memeknya, ia benar-benar terangsang. Tangannya memegang
penisku yang sudah tidak kencang lagi kemudian mengarahkan mukanya pada
penisku, semakin lama goyangan tangan ku makin kencang, sampai akhirnya
bibiku mengerang ngerang kemudian memasukkan penis pada mulutnya.. ia
menggelinjang dan ahirnya dia berteriah “uhhhhhhh,,,,,,” dilepaskannya
penisku dan berguling di batu itu, ku belai rambutnya menemani menuruni
puncak kenikmatan.
Kemudian kami berdua masuk kembali ke air membersihkan sisa sabun
“ Jangan diulang ya… sekali aja “ katanya sambil mencubit paha depanku
“Ya deh bi,, kalo kuat ya.. tapi kalo lihat tubuh bahenol ini kayaknya
aku gak tahan” kucium tengkuk bibi sambil mengelusnya, dia membalas
“Janji ya, jangan goda aku lagi…” aku diam sambil memeluknya..
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
No comments:
Post a Comment