Agen Casino Online - Cerita Apa Yang Akan Terjadi Bila Di Rumah Hanya Berdua Dengan Gadis ABG - Suatu hari aku mendapat perintah dari boss untuk mendatangi rumah Ibu
Yuli, menurutnya antena parabola Ibu Yuli rusak tidak keluar gambar
gara-gara ada hujan besar tadi malam. Dengan mengendarai sepeda motor
Yamaha, segera aku meluncur ke alamat tersebut. Sampai di rumah Ibu
Yuli, aku disambut oleh anaknya yang masih SMP kelas 2, namanya Anita.
Agen Casino Online - Karena
aku sudah beberapa kali ke rumahnya maka tentu saja Anita segera
menyuruhku masuk. Saat itu suasana di rumah Ibu Yuli sepi sekali, hanya
ada Anita yang masih mengenakan seragam sekolah, kelihatannya dia juga
baru pulang dari sekolah. “Jam berapa sich Ibumu pulang, Nit..?”
“Biasanya sih yah, sore antara jam 5-an,” jawabnya.
“Iya, tadi Oom
disuruh ke sini buat betulin parabola. Apa masih nggak keluar
gambar..?” “Betul, Oom… sampai-sampai Nita nggak bisa nonton Diantara
Dua Pilihan, rugi deh..” “Coba yah Oom betulin dulu parabolanya…”
Lalu
segera aku naik ke atas genteng dan singkat kata hanya butuh 20 menit
saja untuk membetulkan posisi parabola yang tergeser karena tertiup
angin. Nah, awal pengalaman ini berawal ketika aku akan turun dari
genteng, kemudian minta tolong pada Anita untuk memegangi tangganya.
Saat
itu Anita sudah mengganti baju seragam sekolahnya dengan kaos longgar
ala Bali. Kedua tangan Anita terangkat ke atas memegangi tangga,
akibatnya kedua lengan kaosnya melorot ke bawah, dan ujung krahnya yang
kedodoran menganga lebar. Pembaca pasti ingin ikut melihat karena dari
atas pemandangannya sangat transparan. Ketiak Nita yang ditumbuhi
bulu-bulu tipis sangat sensual sekali, lalu dari ujung krahnya terlihat
gumpalan payudaranya yang kencang dan putih mulus. Batang kemaluanku
seketika berdenyut-denyut dan mulai mengeras.
Sebuah pemandangan
yang merangsang. Anita tidak memakai BH, mungkin gerah, payudaranya
berukuran sedang tapi jelas kelihatan kencang, namanya juga payudara
remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan nafsu, aku pelan-pelan
menuruni tangga sambil sesekali mataku melirik ke bawah. Anita tampak
tidak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan payudaranya. Tapi
yah.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau dia tahu lalu tiba-tiba
tangganya dilepas, dijamin minimal pasti patah tulang.
Yang pasti
setelah selamat sampai ke bumi, pikiranku jadi kurang konsentrasi pada
tugas. Aku baru menyadari kalau sekarang di rumah ini hanya ada kami
berdua, aku dan seorang gadis remaja yang cantik. Anita memang cantik,
dan tampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam
sekolah yang kaku.
Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis
wajah lalu turun ke betis lalu naik lagi ke dada. Kelihatannya pantas
diberi nilai 99,9. Sengaja kurang 0,1 karena perangkat dalamnya kan
belum ketahuan. “Oom kok memandang saya begitu sih.. saya jadi malu
dong..” katanya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mataku.
“Wahh… sorry deh Nit… habis selama ini Oom baru menyadari kecantikanmu,”
sahutku sekenanya, sambil tanganku menepuk pipinya.
Wajah Anita
langsung memerah, barangkali tersinggung, emang dulu- dulunya nggak
cakep. “Idihh… Oom kok jadi genit deh..” Duilah senyumnya bikin hati
gemas, terlebih merasa dapat angin harapan. Setelah itu aku mencoba
menyalakan TV dan langsung muncul RCTI Oke. Beres deh, tinggal merapikan
kabel-kabel yang berantakan di belakang TV. “Coba Nit.. bantuin Oom
pegangin kabel merah ini…
” Dan karena posisi TV agak rendah maka
Anita terpaksa jongkok di depanku sambil memegang kabel RCA warna merah.
Kaos terusan Anita yang pendek tidak cukup untuk menutup seluruh
kakinya, akibatnya sudah bisa diduga. Pahanya yang mulus dan putih
bersih berkilauan di depanku, bahkan sempat terlihat warna celana dalam
Anita. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak lalu berdetak dengan
cepatnya.
Dan bertambah cepat lagi kala tangan Anita diam saja
saat kupegang untuk mengambil kabel merah RCA kembali. Punggung
tangannya kubelai, diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera
memperbaiki posisi. Kala tangannnya kuremas Anita telah mengeluarkan
keringat dingin. Lalu pelan-pelan kudongakkan wajahnya serta kubelai
sayang rambutnya. “Anita, kamu cantik sekali.. Boleh Oom menciummu?”
kataku kubuat sesendu mungkin.
Anita hanya diam tapi perlahan
matanya terpejam. Bagiku itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya
lalu kedua pipinya. Dan setengah ragu aku menempelkan bibirku ke
bibirnya yang membisu. Tanpa kuduga dia membuka sedikit bibirnya. Itu
pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda. Segera kulumat
bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat
ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Anita menyambut dengan hangat
kehadiran lidahku, Anita mempertemukan lidahnya dengan milikku. Kujilati
seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya,
lidahnya kusedot, Anita
pun mengikuti caraku. Pelan-pelan tubuh Anita kurebahkan ke lantai. Mata
Anita menatapku sayu. Kubalas dengan kecupan lembut di keningnya lagi.
Lalu kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak
tadi membelai rambutnya, rasanya kurang pas, kini saat yang tepat untuk
mulai mencari titik-titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya mirip
ular mengincar mangsa.
Karena Anita memakai kaos terusan, pahanya
yang mulus mulai terbuka sedikit demi sedikit. Sengaja aku bergaya
softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis baru berusia sekitar 14
tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga
sang mangsa mabuk. Dan kelihatannya Anita bisa memahami sikapku, kala
aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih pantat, Anita sedikit
mengangkat pinggulnya. Wah,
sungguh seorang wanita yang penuh
pengertian. “Ahhh.. Ahhh..” hanya suara erangan yang muncul dari
bibirnya kegelian ketika mulutku mulai mencium batang lehernya.
Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung celana dalamnya lalu bergeser
sedikit lagi ke tengah. Terasa sudah lembab celana dalam Anita.
Tanganku
menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat
ditengah-tengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak hati lagi, kuremas
gemas gundukan itu. Anita memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit
sendiri bibir bawahnya. Hawa yang panas menambah panas tubuhku yang
sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celana panjangku hingga
tinggal tersisa celana dalam saja.
Tanpa ragu lagi kupelorotkan
celana dalam Anita. Duilah.. Baru kali ini aku melihat bukit kemaluan
seindah milik Anita. Luar biasa.. padahal belum ada sehelai bulu pun
yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan ketika kutekuk lutut
Anita lalu kubuka kakinya, tampak bibir kemaluannya masih bersih dan
sedikit kecoklatan warnanya.
Anita tidak tahu lagi akan keadaan
dirinya, belaianku berhasil memabukkannya. Ia hanya bisa medesah-desah
kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut.
Begitulah wanita. Gam-gam-sus (gampang gampang susah) apa sus-sus-gam
(susah susah gampang). Tidak sabar lagi aku membiarkan sebuah keindahan
terbuka sia-sia begitu saja. Aku segera mengarahkan wajahku di sela-sela
paha Anita dan
menenggelamkannya di pangkal pertemuan kedua
kakinya. Mulutku kubuka lebar-lebar untuk bisa melahap seluruh bukit
kemaluan Anita. Bau semerbak tidak kuhiraukan, kuanggap semua kemaluan
wanita yah begini baunya. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir
kemaluannya. Setiap lendir kujilati lalu kutelan habis dan kujilati
terus. Kujilati sepuas-puasnya seisi selangkangan Anita sampai bersih.
Lidahku bergerak lincah dan keras di tengah-tengah bibir kemaluannya.
Dan
ketika lidahku mengayun dari bawah ke atas hingga tepat jatuh di
klitorisnya, Kujepit klitorisnya dengan gemas dan lidahku menjilatinya
tanpa kompromi. Anita tak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannnya
memberontak ke atas- bawah dan bergeser-geser ke kiri-kanan.
Segala
ujung syarafnya telah terkontaminasi oleh kenikmatan yang amat sangat
dashyat. Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek
klitorisnya tapi menyebar ke seantero tubuhnya. Anita sudah tidak
mengenal lagi siapa dirinya, boro-boro mikir, untuk bernafas saja tidak
bisa dikontrol. Aku jadi semakin ganas dan melupakan softly itu siapa.
Batang kejantananku sudah amat sangat besar bergemuruh seluruh isinya.
Demi
melihat Anita tersenggal-senggal, segera kutanggalkan modal terakhirku,
celana dalam. Tanpa ba. bi. bu. be. bo segera kuarahkan ujung
kemaluanku ke pangkal selangkangan Anita. Sekilas aku melihat Anita
mendelik kuatir melihat perubahan perangaiku.
Batang kemaluanku
memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir menyentuh
pusar bila berdiri tegak. Anita kelihatannya ngeri dan mulai sadar
ingatannya, kakinya agak tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya.
“Ampun Oom.. jangan Ooommm.. ampun Oommm.jangannn…” Tangan Anita mencoba
menghalau kedatangan senjataku yang siap mengarah ke pangkal pahanya.
Merasa
mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, tapi untunglah aku
memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapinya. Segera aku meminta
maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang terurai agak
acak-acakan. “Nita takut Oom. Nanti kalau Mama tahu pasti Nita
dimarahin. Dan lagi Nita nggak pernah kayak ginian. Nita juga jadi
malu..
” Katanya setengah mau menangis dan membetulkan kaosnya
untuk menutupi tubuhnya. “Jangan kuatir Nit. Oom tidak bermaksud jahat
terhadap kamu. Oom sayang sekali sama Nita. Dan lagi Nita jangan takut
sama Oom. Semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan
hubungan ‘beginian’. Jangan takut ‘beginian’ karena ‘beginian’ itu enak
sekali.” “Iya, tapi Nita nggak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu-tahu
Nita jadi begini..?” Air mata Anita mulai mengalir dari pojok matanya.
Melihat
itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya. Agak lama aku
memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya
Anita bisa memahami seluruhnya. Dan sesekali senyumnya mulai muncul
lagi. “Coba sekarang Nita belajar pegang ‘anunya’ Oom, bagus khan,” aku
meraih tangannya lalu membimbingnya ke batang kejantananku.
Tangannya
kaku sekali tapi setelah perlahan-lahan kuelus- eluskan pada batang
kejantananku, otot tangannya mulai mengendor. Lalu tangannya mulai
menggenggam batang kejantananku.
Pelan-pelan tangannya kutuntun
maju-mundur. Kelembutan tangannya membuat batang kejantananku mulai
bergerak membesar, sampai akhirnya tangan Anita tidak cukup lagi
menggenggamnya. Dan Anita kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi
tangannya bergerak sendiri. “Ahhh.. enak sekali Nit.. aaahhh.. kamu
memang anak yang pintar.. ahhhh..” mulutku tak sanggup menahan
kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku.
Sementara itu
tangan kiriku mulai meremas payudaranya yang masih tertutup kaos Bali
yang tipis. Belum pernah aku meremas payudara sekeras milik Anita.
Tangan kananku yang satu meraih kepalanya lalu dengan cepat kulumat
bibirnya. Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga
mulutnya. Hingga akhirnya lidah Anita pun mengikuti yang kulakukan.
Dari
matanya yang terpejam aku bisa merasakan kenikmatan tengah membakar
tubuhnya. Segera aku meminta Anita untuk melepas kaosnya agar lebih
leluasa. Dan tanpa ragu-ragu Anita segera berdiri lalu menarik kaosnya
ke atas hingga melampaui kepalanya.
Batang kejantananku semakin
berdenyut-denyut menyaksikan tubuh mungil Anita tanpa mengenakan
selembar benang. Tubuhnya yang sintal dan putih bersih membakar
semangatku. Betul-betul sempurna. Kedua payudaranya menggelembung indah
dengan puting yang mengarah ke atas mengingatkanku pada payudara Holly
Hart (itu lho salah satu koleksi Playboy).
“Nit, tubuhmu luar
biasa sekali.. Hebat!” Pujianku membuat wajahnya memerah barangkali
menahan malu. “Oomm, boleh nggak Anita mencium ‘itu’nya Oom?” Anita
tersipu-sipu menunjuk ke selangkanganku. Rasanya tidak etis kalau aku
menolaknya. Lalu sambil duduk di sofa aku menelentangkan kedua kakiku.
“Tentu saja boleh kalau Anita menyukainya..
” Kubikin semanis
mungkin senyumku. Anita pun mengambil posisi dengan berjongkok lalu
kepalanya mendekati selangkanganku. Mulanya hanya mencium dan mengecup
seputar kepala batang kejantananku. Pelan-pelan lidahnya mulai ikut
berperan aktif menjilat-jilatinya. Anita kelihatan keenakan mendapat
mainan baru. Dengan rakus lidahnya menyusuri sekeliling batang
kejantananku.
Sensasi yang luar biasa membuatku gemas meremasi
kedua payudaranya. “Aaduuhhh… enak sekali Nit.. Teruss.. Nitt, coba ke
sebelah sini,” kataku sambil menunjuk ke buah pelirku. Anita segera
paham lalu mejulurkan lidahnya ke pelirku. Anita menggerakkan lidahnya
ke kanan-kiri atas-bawah. “Oomm, ke kamar Nita aja yuk biar nggak
gerah..” Sahutnya mengajak ke kamarnya yang ber-AC.
“Terserah Nita
aja dehh..” balasku. Begitu Anita merebahkan tubuhnya ke spring bed,
aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk merasakan tubuh indahnya.
Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya tak ada yang kusia-
siakan. Terutama di payudaranya yang aduhai.
Tanganku seakan tak
pernah lepas dari liang kewanitaannya. Setiap tanganku menggosok
klitorisnya, tubuh Anita menggerinjal entah mengapa. Sementara itu
batang kejantananku seperti akan meledak menahan tekanan yang demikian
besarnya. Akhirnya kutuntun batang kejantananku ke arah liang kewanitaan
Anita. Liang kewanitaan Anita yang telah kebanjiran sangat berguna
sekali, bibir kemaluannya yang kencang memudahkan batang kejantananku
menyelinap ke dalam.
Sedikit-sedikit kudorong maju. Dan setiap
dorongan membuat Anita meremas kain sprei. Kalau Anita merasa seperti
kesakitan aku mundur sedikit, lalu maju lagi, mundur sedikit, maju lagi,
mundur, maju, mundur, maju, “blesss…”
Tak kusangka liang
kewanitaan Anita mampu menerima batang kejantananku yang keterlaluan
besarnya. Begitu amblas seluruh batang kejantananku, Anita menjerit
kesakitan. Aku kurang menghiraukan jeritannya. Kenikmatan yang tak ada
duanya telah merasuki tubuhku. Tapi aku tetap menjaga irama permainanku
maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan.
Liang senggama Anita sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku
melayang.
Denyutan demi denyutan membuatku semakin tak mampu lagi
menahan luapan gelora persetubuhan. Terasa beberapa kali Anita
mengejankan liang kewanitaannya yang bagiku malah memabukkan karena
liang kewanitaannya jadi semakin keras menjepit batang kejantananku.
Erangan, rintihan, dan jeritan Anita terus menggema memenuhi ruangan.
Rupanya Anita pun menikmati setiap gerakan batang kejantananku.
Rintihannya mengeras setiap batang kejantananku melaju cepat ke dasar
liang senggamanya.
Dan mengerang lirih ketika kutarik batang
kejantananku. Hingga akhirnya aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama
lagi. Ketika batang kejantananku melaju dengan kecepatan tinggi,
meledaklah muatan di dalamnya. batang kejantananku menghujam keras, dan
kandas di dasar jurang.
Anita pun melengking panjang sambil
mendekap kencang tubuhku, lalu tubuhnya bergetar hebat. Sebuah
kenikmatan tanpa cela, sempurna Keesokkan harinya aku mendapat telepon
dari Ibu Yuli. Perasaanku mendadak tegang dan kacau, kuatir beliau
mengetahui skandalku dengan anaknya.
Mulanya aku tidak berani
menerimanya, tapi daripada Ibu Yuli nanti ngomongin semua perbuatanku
pada teman sekerjaku, terpaksa kuterima teleponnya dengan nada gemetar.
“Hallooo.. apa kabar Bu Yuli.” “Oh baik, terima kasih lho, parabola Ibu
sekarang sudah bagus, dan sekalian Ibu mau nanyakan ongkos servisnya
berapa.. ” “Ah. nggak usah deh, Bu.. Cuman rusak sedikit kok, hanya
karena kena angin jadi arahnya berubah.
” “Jangan begitu, nanti
Ibu nggak mau nyervis ke tempatmu lagi lho.” “Wah.. tapi saya cuman
sebentar saja kerjanya.” “Iya, bagaimanapun khan kamu sudah keluar
keringat, jadi ibu mesti bayar. Nanti siang yach, kamu ke rumah ibu. Ibu
tunggu lho.” “Iya dech kalau Ibu maunya begitu, tapi sebelumnya terima
kasih, Bu.” Begitulah akhirnya aku nongol lagi di rumah Ibu Yuli.
Lagi-lagi Nita yang menerimaku. “Wah, terlambat Oom. Ibu dari tadi
nungguin Oom datang. Barusan saja Ibu pergi arisan ke kantornya. Tapi
masuk saja Oom, soalnya ada titipan dari ibu.” Sampai di dalam,
kelihatannya Nita tengah belajar bersama dengan teman- temannya.
Ada
3 orang cewek sebayanya lagi asyik membahas soal Fisika. Dan
kedatanganku sedikit memecah konsentrasi mereka. Kuamati sekilas teman
Nita kok cakep-cakep yach. Aku membalas sapaan mereka yang ramah.
“Kenalin ini Oom gue yang baru datang dari Jawa Tengah.” Kaget juga aku
dikerjain Nita.
Satu persatu kusalami mereka, Lusi, Ita, dan
Indra. Senyum mereka ceria sekali. Di usia mereka memang belum mengenal
kepahitan hidup. Semuanya serba mudah, mau ini tinggal bilang ke mama,
mau itu tinggal bilang ke papa. Dasar anak keju. Ketiganya memang jelas
kelihatan anak orang kaya. Penampilan, gaya, dan kulit mulus mereka yang
membedakan dari orang miskin.
Lusi punya lesung pipit seperti
aktris Italy. Ita wajahnya mengingatkanku pada seorang aktris sinetron
yang lemah lembut, tapi yang ini agak genit. Indra yang berbadan paling
besar mirip seorang aktris Mandarin. Persis aktris-aktris lagi makan
rujak bareng. Habis aku paling bingung kalau mendeskripsikan wanita
cantik, rasanya nggak cukup selembar folio.
Aku menurut saja
ketika tanganku di seret ke dalam oleh Nita sambil berpamitan pada
temannya mau mengantar Oomnya ke kamar. Dan setelah mengunci pintu
kamar, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku langsung direbahkan ke
kasur, lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku. “Oom, Nita mau lagi.”
rengeknya manja. Ya, ampun sungguh mati aku nggak bisa menolaknya. Aku
pun segera membalas ciumannya.
Nafsu birahiku menanjak tajam.
Anita yang masih mengenakan seragam SMP-nya terguling ke samping hingga
giliranku yang di atas. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah
dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan gemas. Dari leher hingga
perutnya kutelusuri agak brutal. Dan Nita yang meronta-ronta tak kuberi
ampun sedikitpun. Kakinya mengangkang lebar kala tanganku mulai merambat
ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangan.
Gundukan
kemaluan yang empuk membuat tanganku gemetar kala meremasnya. Dan jari
tengahku mencongkel sebuah liang yang menganga di tengahnya. Celana
dalam Nita mulai lembab kelihatannya tak tahan menghadapi serangan yang
bertubi-tubi. Akupun sangat merindukan Nita, hingga rasanya tak sabar
lagi untuk segera menancapkan batang kemaluanku.
Segera kupeloroti
celana dalamnya setelah roknya kusingkap ke atas. Kerinduan akan baunya
yang khas membuat kepalaku tertarik ke arah kemaluan Nita, lalu
kubenamkan di sela pahanya. Mulutku memperoleh kenikmatan yang tiada
tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Nita
pun semakin menggila gerakannya apalagi bila lidahku mengorek-ngorek isi
kemaluannya. Nikmat sekali rasanya. Klitorisnya yang menyembul kecil
jadi sasaran bila Nita menghentak badannya ke atas.
Sepertinya
Nita sudah ‘out of control’ karena tangannya dengan kacau meremas segala
yang dapat diraih. Demikian juga halnya denganku, entah berapa cc
cairan memabukkan yang telah kureguk. Batang kemaluanku yang sudah
‘maximal’ kuarahkan ke liang senggama Nita. Sekilas kulihat Nita
menggigit bibirnya sendiri menanti kedatangan punyaku.
Akupun tak
ingin menyia- nyiakan kesempatan yang sangat langka ini. Benar-benar
kunikmati tiap tahapan batangku melesak ke dalam liang kemaluannya.
Sedikit demi sedikit batang kemaluanku kutekan ke bawah.
Indah
sekali menyaksikan perubahan wajah Nita kala makin dalam kemaluanku
menelusuri liang kemaluannnya. Akhirnya, “Blesss..” Habis sudah seluruh
batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatannya. Selanjutnya dengan
lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asyik saja. Memang
luar biasa kemaluan Nita,
begitu lembut dan mencengkeram. Ingin
rasanya berlama-lama dalam liang kemaluannya. Semakin lama semakin
dahsyat aku menghujamkan batangku sampai Nita menjerit tak kuasa menahan
kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya Nita berkelojotan sambil
meremas ganas rambutku.
Wajahnya tersapu warna merah seakan
segenap pembuluh darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan
jeritan yang panjang. Kiranya Nita tengah mengalami puncak orgasme yang
merasuki segenap ujung syarafnya. Menyaksikan pemandangan seperti ini
membuatku makin cepat mengayunkan batang kemaluanku. Dan rasanya aku tak
bisa menahan lebih lama lagi, lebih lama lagi.., lebih lama lagi.
Secepatnya
kucabut batang kemaluanku dan segera kuarahkan ke mulut Nita. Nita agak
gugup menerima batang kemaluanku. Tapi nalurinya bekerja dengan baik,
mulutnya segera menganga dan langsung mengulum batang kemaluanku.
Dan
kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang
kemaluanku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras
habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengejut dan mengeluarkan
lahar. Oh, my God.. Keasyikanku berdua dengan Nita membuat kami tidak
merasakan jam yang terus berjalan.
Tidak terasa hampir 3 jam kami
meninggalkan teman-teman Nita di luar. Sekilas terdengar suara
kasak-kusuk, seperti ada orang lagi mengintip perbuatan kami. Tapi
saking asyiknya menikmati tubuh Nita, aku jadi tak mempedulikannya.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
No comments:
Post a Comment