Agen Casino Terbaik - Cerita Malam Naas Sepasang Gadis Berjelbab - Waktu sudah larut malam saat Wiwin dan Anisya pulang larut malam
karena keasyikan berbelanja hingga lupa waktu ketika jalan-jalan dari
sebuah mall di kota Bandung, kota tempat mereka menuntut ilmu pada
sebuah PTN terkemuka. Saat itu kampus mereka sedang.
Agen Casino Terbaik - liburan semester
yang lumayan lama, sehingga banyak di antara teman-teman mereka yang
memilih pulang kampung, namun bagi Wiwin dan Anisya lebih memilih untuk
tetap tinggal di kota Bandung karena tidak banyak yang dapat mereka
kerjakan untuk mengisi waktu liburan di Jakarta kota asal mereka.
Sampai
di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di
sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua
penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk
memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka
berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar
itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab
karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari, di Palembang,
kampus mereka juga satu fakultas.
Wiwin saat ini berusia 26 tahun,
sementara Anisya baru berusia 18 tahun. Keduanya memiliki wajah yang
cantik, Wiwin dengan kulit yang kuning langsat serta bentuk badan yang
tingggi sekitar 170 cm, dengan ukuran bra 34B nampak anggun dengan
penampilan kesehariannya yang berjilbab tetapi selalu modis, sedangkan
Anisya yang juga selalu berjilbab memiliki tubuh yang mungil yang tinggi
badannya hanya sekitar 156cm dan wajah yang imut-imut tetapi memiliki
ukuran payudara yang besar 36C dengan tubuh yang proporsional toge pasar
(toket gede pantat besar) serta kulit yang sangat putih sampai urat2
nadinya terlihat transparan. Banyak pria yang tertarik kepada mereka
berdua, karena bukan saja mereka cantik dengan jilbab yang mereka
kenakan, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan
tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin
menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang
mendekati mereka.
Wiwin saat ini lebih memilih berkonsentrasi
untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anisya yang baru menamatkan
tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di
organisasi keagamaan di kampus dari pada pacaran atau bersenang-senang
layaknya remaja pada umumnya.
Sesampainya di kost, Wiwin langsung
menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anisya mampir dulu ke
kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah
membuka kamar, Wiwin begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka
sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa
segalanya, tiba-tiba kepala Wiwin sudah dipukul dari belakang sampai
pingsan.
Wiwin tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya
digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah
dalam keadaan terikat di kursi tempat biasanya dia duduk untuk belajar
dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara. Belum lagi
lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di
sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun,
orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya
mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto.
Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga
hanya mengenakan celana jeans.
Wajah mereka khas, usia mereka
sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup
rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup
rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Wiwin kembali terbelalak dan
ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya. Yang
membangunkan dia bernama Asan dan satu lagi bernama Thomas atau sering
dipangil Liem. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang
sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.
Memang
beberapa waktu yang lalu Wiwin dan Anisya dikenalkan oleh Henry kepada
Asan dan Liem. Karena dengan setengah memaksa Henry, Asan dan Liem ingin
dikenalkan dengan Wiwin dan Anisya yang waktu itu baru pulang dari
kampus. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Wiwin dan
Anisya yang selalu berjilbab dan menyimpan misteri (karena tidak pernah
pacaran). Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan,
Wiwin dan Anisya lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Asan dan
Liem. Dan yang membuat hati Wiwin menjerit dan panas adalah begitu sadar
sepenuhnya dan mengetahui Asan sedang duduk di pinggir ranjang mereka
sambil memangku Anisya yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana
dalamnya saja yang berwarna putih dan berjilbab biru.
Anisya
sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah
membasahi wajah berjilbabnya yang cantik itu. Tapi si Asan yang badannya
jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas
payudara Anisya yang memang sangat besar itu yang masih terbungkus BH
itu, kemudian menjilati leher Anisya dengan menyingkap jilbabnya.
Pria itu lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!”
Setelah
itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisya dengan bibirnya, “Hmp..,
cup.., cup..,” begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu.
Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Asan bermain di dalam rongga mulut Anisya.
Sementara
itu Liem yang berada di samping Wiwin berkata kepada Wiwin, “Hei, elo
sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, gue pake dia dulu ya, baru
setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan gue baik-baik kalo
sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu gue, mampus deh elo..!” sambil
mengelus-elus kepala Wiwin yang berjilbab.
Wiwin mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Wiwin pun mulai pucat.
Lalu
Asan yang masih memangku Anisya menyudahi serbuan bibirnya dan berkata,
“Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”
Dia menyuruh Anisya berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya.
Sambil menangis Wiwin memohon belas kasih, “J.. ja.. angan… tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!”
Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakkk..!” si Asan menampar pipinya dan menjambak jilbab birunya.
Dengan paksa Anisya dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!”
Terpaksa
dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisya membuka
celana Asan dan begitu dia menurunkan celana dalam Asan tampaklah
kemaluan Asan yang telah membesar dan menegang. Tanpa membuang waktu
Asan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisya yang mungil itu.
Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar,
dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisya yang berjilbab.
“Hhmppp.., emphh.. mpphh..!” begitulah suara Anisya saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Asan.
Liem
juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah
dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisya, menyuruh
Anisya mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan
tangannya yang sangat putih dan halus. Batang kemaluan Liem tidak
sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya.
Sekarang Anisya yang masih berjilbab itu dalam posisi berlutut dengan
mulut dijejali kemaluan Asan dan tangan kanannya mengocok batang
kemaluan Liem.
“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik berjilbab ini, lain dari cewek kebanyakan..!” kata Asan.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Liem.
Beberapa
lama kemudian nampak tubuh Asan menegang, seluruh badannya mengejang,
dan, “A.. akh..!” Asan akhirnya berejakulasi di mulut Anisya.
Cairan
putih kental memenuhi mulut Anisya menetes di pinggir bibirnya hingga
mengenai pinggir jilbabnya yang lebar, dan Anisya terpaksa meminum
semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan
Asan di kepalanya yang berjilbab.
Setelah itu mereka melepas BH
dan CD Anisya, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang dengan
hanya menyisakan jlilbab penutup kepalanya, tampaklah payudara dan
bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.
“Waw cantik
sekali cewek berjilbab ini.” ujar Liem sambil memandangi tubuh bagian
dada dan bawah Anisya yang sedang terisak-isak ketakutan.
Kali ini
Liem duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisya berjongkok di
depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan
tangannya. Anisya terpaksa menuruti kemauan Liem itu sambil sesekali
dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Liem
mendengus keenakan. Sementara itu si Asan mengambil posisi berbaring di
bawah kemaluan Anisya dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali
menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.
Seketika itu
Anisya kaget dan, “Ehhgh.., iihh… iih.. eggmhh..!” Anisya pun
merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan
jari-jari serta jilatan lidah Asan di kemaluan Anisya.
“Ayo jilbab binal.., kocok terus barang gue..!” bentak Liem sambil menampar kepala Anisya.
Kembali
Anisya mengocok kemaluan Liem sambil badannya terus meliak-liuk karena
kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Asan. Dari bibirnya
pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.
Sekitar 10 menit
dikocok, Liem memuncratkan maninya dan membasahi jilbab, wajah serta
rongga mulut Anisya. Kali ini Anisya sudah tidak tahan dengan rasa
cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Liem jadi gusar,
dia lalu menjambak jilbab biru Anisya dan menampar pipinya sampai dia
jatuh ke ranjang.
“Pelacur berjilbab..! Kurang ajar,
berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu,
kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.
Asan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisya.
“Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin memek elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Asan.
Anisya
hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali
tamparan itu. Nampak kemarahan Wiwin bangkit karena teman dekatnya
diperlakukan begitu. Wiwin meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya
terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang.
Melihat reaksi Wiwin si Asan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya
pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain,
jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang
gue entot..! Hahaha..!”
Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisya,
kali ini Asan merentangkan tubuh Anisya di tempat tidur dan membuka
lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke
liang kemaluan Anisya.
“J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak
Wiwin. Ampun Bang..!” pinta Anisya sambil mencoba berontak tapi dengan
sigapnya Liem membantu Asan dengan memegangi kedua tangan Anisya.
Batang
kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang
kemaluan Anisya yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisya yang
berjilbab itu terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya
pun semakin keras.
Setelah hampir seluruh batang kemaluannya
terbenam di dalam liang kemaluan Anisya, Asan mulai memaju-mundurkan
pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun
dengan deras membasahi kedua tubuh itu. Beberapa saat kemudian dari
sela-sela kemaluan Anisya mengucur darah segar bercampur dengan cairan
bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha
Anisya.
“Aakkh.. aahh.. aaa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisya merasakan sakitnya.
Rupanya
teriakan dan erangan Anisya menambah nafsu dan semangat Asan untuk
terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisya
pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisya kini hanya
pasrah mengikuti irama Asan dan kedua tangan Anisya pun kini sudah
dilepas oleh Liem.
Selama beberapa menit disetubuhi oleh Asan,
tiba-tiba badan Anisya menegang sampai secara refleks dia yang masih
berjilbab tetapi telah disetubuhi pertama kali oleh orang tak dikenalnya
denganbaik itu malah memeluk kepala Asan yang sedang asyik
menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas
kembali. Asan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih
tetap tertanam di dalam liang vagina Anisya.
“He… he… he… Baru
kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rasanya enak engga,
jawaabb..!” bentak si Asan sambil menarik jilbab biru Anisya yang lebar.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisya menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!”
“Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe suka dientot meski pake jilbab..!” kata Liem.
“I..
iya, s.. saya suka sekali bercinta meski.. pun sa.. saya berjilbab.
Saya cewek berjilbab yang suka dientot” jawabnya dengan suara
terbata-bata.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia meski
pake jilbab tapi suka dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Wiwin
yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya.
Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Kemudian
si Asan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisya gaya
posisi anjing hingga jilbabnya yang lebar itu tertarik ke depan
menampakkan sebagian rambutnya yang agak panjang itu, dia kemudian
memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya
Anisya hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisya berteriak memilukan, “Aaakkhh.. sakiiiiit jangggaaaaaaan!”
Lalu
dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya
benda panjang itu di pantat Anisya hingga membuatnya tersentak kaget dan
kesakitan sampai matanya membelalak.
“Ooughh.. Uuaaaggghhhhh!”
Anisya mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh
badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan,
“Aahh… ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh.. Ampuuun baaaanng!”
Kini
Asan meyodomi Anisya dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisya
menggelepar-gelepar hingga jilbabnya pun berkibar-kibar terlempar ke
sana kemari, dan badannya kini mulai melemah dan lemas akibat digenjot
habis2an secara brutal lewat lupang pantat oleh Asan. Seorang gadis yang
telanjang bulat dan hanya mengenakan jilbab sebagai penutup keaplanya
kini disodomi lewat lubang pantat oleh lelaki yang tidak dikenalnya…
Tidak
beberapa lama Asan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur
Anisya dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur
Anisya yang masih berjilbab itu meski telah telanjang bulat, sementara
Anisya tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah,
“Aahh..!”
Namun Asan belum juga puas, kemaluannya masih garang.
Kini ditelentangkannya Anisya dan kembali Asan meniduri Anisya dan
memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisya yang telah
lemas itu, dan kembali Asan menggenjot tubuh lunglai berjilbab tu.
Tidak
lama Asan pun berejakulasi di rahim Anisya. Lolongan kepuasan keluar
dari mulut Asan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu
hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisya. Anisya yang
berjilbab lebar itupun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu
Anisya pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak
terhingga.
Dengan perasaan puas Asan pun merebahkan badannya di samping Anisya yang tergeletak tidak bergerak.
“Akhirnya
gue perawanin juga elo. Dasar cewek berjilbab sombong..!” ujarnya
sambil mengehela napas dan memotret Anisya yang masih berjilbab tetapi
penuh dengan keringat dan ceceran sperma lelaki itu dengan hape
berkamera.
Sesudah itu kini Liem yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Wiwin yang masih terikat lemas di kursinya.
“Hei,
teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise gue.
Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar melulu.
Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo.
Buat gue itu engga soal, sekarang gue cuma mau perkosa elo. Udah gitu
elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!”
“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Wiwin hingga Wiwin yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya.
“Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Wiwin berteriak.
Kemudian
dia menarik dan meletakkan tubuh Wiwin mengembalikan ke posisi semula.
Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos
lengan panjang yang dikenakan oleh Wiwin. Nafas Wiwin tersentak ketika
dengan cepat Liem dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan
kain nilon yang dikenakannya. Sekarang Wiwin hanya memakai celana
dalamnya yang berwarna merah model g-string yang sangat seksi serta
sepasang kaos kaki putih setinggi lutut yang selalu dikenakannya dan
jilbab berwrana merah maneyala. Payudaranya yang penuh bulat terbuka,
tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.
“Hmph..,
hmph..!” Wiwin meronta sambil memandang Liem dengan putus asa, matanya
memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya yang
berjilbab pucat pasi.
Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat.
“Diem
brengsek..!” kata Liem, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di
pipi Wiwin, membuat kepala Wiwin tersentak. “Pake jiulbab tapi lihat
cdnya aja seksi abnget gini pasti di luar alim tapi dalemnya basah terus
nich akrena gatel”. Sambil memotert wiwin yang kini hanya berjilbab,
cerkaos kaki dan bercelana dalam sangat seksi itu serta payudaranya
btepampang dengann jelsaanya.
Kemudian ia membuka ikatan Wiwin dan
membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu
dia merentangkan kedua tangan Wiwin serta melebarkan kedua kaki Wiwin
hingga posisi Wiwin kini seperti orang merangkak. Wiwin hanya dapat
pasrah mengikuti kemauan Liem. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias,
setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Wiwin dan Anisya
untuk berdandan sebelum pergi kuliah.
Leim lalu menarik tali
string celana dalam Wiwin dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai.
Sekarang Wiwin dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya
telanjang bulat, dan jhanya mengenakan jilbab dengan di belakang
dilihatnya Liem sedang mengagumi dirinya.
“Gila bener! Gue suka pantat cewek berjilbab. Lo bener-bener oke karena gak pernah disentuh cowok!”
Liem menampar pantat sekal Wiwin yang sebelah kiri yang membuat Wiwin menjerit kaget.
Lalu
tanpa menunggu lagi, Liem yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan
penisnya yang sudah keras. Liem hanya membiarkan jilbab merah yang masih
tetap membungkus kepala Wiwin dan sepasang kaos kaki putih yang masih
dikenakan Wiwin, mungkin ini dapat membuat nafsu Liem semakin menjadi.
Karena memang dengan mengenakan jilbab, wajah Wiwin jadi nampak cantik
dan seksi seperti komentar kebanyakan teman-temannya.
Kemudian Liem menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Wiwin lewat belakang.
“Ooh.., ampun Pak Liem. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Wiwin mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.
Sambil
menoleh ke belakang dan memandang Liem, Wiwin mencoba untuk meminta
belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun Liem terus
mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.
Liem tidak
perduli Wiwin memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan
pantat Wiwin, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir
vaginanya. Setelah tangan si Liem memegang pinggul Wiwin, dengan satu
gerakan keras penisnya bergerak maju.
“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!”
Wiwin menjerit-jerit ketika penis Liem mulai membuka bibir vaginanya
dan mulai memasuki lubang kemaluannya.
Kaki Wiwin mengejang menahan sakit ketika penis Liem terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.
Dari
wajah berjilbabnya bibirnya yang seksi menganga membentuk huruf O dan
mengeluarkan rintihan-rintihan, “Oohhh.., oouugghh.., aa.. ampuun
Bangg..! Aakkhh..!”
Badannya pun tersodok-sodok. Liem terus
bergerak memompa maju mundur memperkosa Wiwin. Ketika kepala Wiwin
terjatuh lunglai kesakitan, dia menarik jilbab di kepala Wiwin sehingga
kepalanya kembali terangkat dan Wiwin kembali dapat melihat dirinya yang
hnaya mengenakan jilbab disetubuhi oleh Liem melalui cermin di
depannya.
Kadang-kadang Liem menampar pantat Wiwin berulang kali,
juga dilihatnya payudara Wiwin yang lumayan padat dengan puting mononjol
itu tersentak-sentak setiap kali Liem menyodok penisnya ke dalam vagina
Wiwin dan dia hanya dapat pasrah mengerang-ngerang dan merintih.
Tiba-tiba Liem mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Wiwin langsung
meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya
minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat dan hanya berjilbab.
Tapi tiba-tiba Asan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Wiwin sampai ke pintu depan.
“Ahh,
tolong! Tolompphh..,” teriakan Wiwin dibungkam oleh tangan Asan,
sementara itu Liem mendekat dan memukul Wiwin dengan keras.
Wiwin pun jatuh terjelembab ke lantai.
“Dasar Bandel ya..!” ujar Liem.
Kemudian
Liem mengikat tangan Wiwin menjadi satu ke depan dengan jilbabnya yang
ujungnya lumayan panjang. Setelah itu, Wiwin didorong hingga terjatuh di
atas lutut dan sikunya. Sekarang Liem memasukkan penisnya ke mulut
Wiwin.
“Mmpphh..!” Wiwin mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya.
Sementara
itu Liem dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut Wiwin.
Kedua tangan Liem memegang jilbab di kepala Wiwin dengan kencangnya
menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Wiwin tertutup dan wajahnya
memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali
dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.
Setelah
beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Wiwin, terlihat
tanda-tanda Liem akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan
kepala Wiwin yang berjilbab semakin cepat.
Dan, “Akkh… Croot..,
croot..!” Liem berejakulasi di mulut Wiwin, sperma yang keluar jumlahnya
cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Wiwin dan turut
membasahi jilbabnya.
Wiwin hanya dapat mendengus-dengus dan dengan
terpaksa menelan semua sperma yang dimuntahkan Liem tadi, sementara
pegangan tangan Liem di kepala Wiwin yang berjilbab semakin kencang,
sehingga sulit bagi Wiwin untuk menarik kepalanya.
Setelah
semprotan sperma yang terakhir, barulah Liem mencabut kemaluan dari
mulut Wiwin yang kini mulutnya terlihat penuh dengan lendir memenuhi
rongga mulutnya hingga ke bibirnya dan pinggir jilbabnya. Dengan napas
puas Liem mencapakkan Wiwin hingga telentang di kasur.
“Siap, siap
Sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan sekal
ini..!” tiba-tiba terdengar suara Asan yang sudah berada di samping
Wiwin.
Wiwin memandang Asan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Asan memperlakukan Anisya hingga pingsan.
Kemudian Asan menoleh ke Liem yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi.
“Ja..
jangan, jangann.. Bang Asan.. saya nggak mau diperkosa di situ Bang..!
Ampun Bang. Rasanya ssakit.., kasihani saya Bang..! Saya bersedia jadi
pacar abang dan emlayani abang” ujar Wiwin memelas kepada Asan.
“He
Anjing. Gue tetep nggak perduli lo mau apa nggak..! Yang jelas loe
harus terus melayani kami akalau akmi namua kalau ngagk foto-foto dan
rekaman di hape ini akan akmi sebar”
Asan menarik tubuh Wiwin
hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat
pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia menempatkan kepala penisnya tepat
di tengah liang masuk anusnya.
Setelah itu dia membuka belahan pantat Wiwin lebar-lebar.
“Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Asan. Ampun..! Aakkhh..!”
Asan
mulai mendorong masuk, sementara Wiwin mejerit-jerit minta ampun. Wiwin
meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin menambah
gairah Asan untuk terus mendorong masuk penisnya. Wiwin terus menjerit,
ketika perlahan seluruh penis Asan masuk ke anusnya.
“Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Wiwin, ketika Asan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.
“Buset!
Pantat cewek berjilbab emang sempit banget! Cewek berjilbab emang cocok
buat beginian!” kata Asan sambil mengusap-usap buah pantat Wiwin.
Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
“Bener-bener pantat kualitas nomer satu!” omel Asan sambil terus memompa kemaluannya.
Tangisan Wiwin makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”
Sementara
itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan rasa sakit
yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya.
“Gila, gue bener-bener seneng sama pantat Ceqwek berjilbab!” ujar Asan sambil terus menyodomi Wiwin.
Hingga
akhirnya tubuh Asan mengejan keras, kepalanya menengadah ke atas,
cengkraman tangan di pinggang Wiwin pun semakin keras dan urat-uratnya
pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi klimaksnya.
Asan
berejakulasi di lubang pantat Wiwin yang semakin kepayahan dan tubuhnya
melemah. Asan pun dengan menghela napas lega kembali menjatuhkan
tubuhnya ke samping tubuh Wiwin yang juga terjatuh telungkup badannya
lemas dan menahan rasa sakit yang tidak terhingga di lubang duburnya
yang kini mengalami pendarahan.
Suara yang terdengar dalam kamar
kost itu hanya tangisan Wiwin, tangisan yang benar-benar menyayat hati,
yang membuat Liem kembali bangkit nafsunya. Liem berjongkok membalikkan
tubuh Wiwin yang tadinya telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik
kaki Wiwin, lalu membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh
buah dadanya.
Kini posisi Wiwin yang dari tadi telah diagauli
dengan segala macam p[sisi tetapi teruis mengenakan jilbabtelah siap
untuk disetubuhi lagi, Liem meraih penisnya yang telah kembali tegang
dan memeganginya, memandang ke arah Wiwin yang memalingkan wajahnya dari
Liem, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan jilbab
merah nampak cantik walau penuh dengan keringat, spema dan air mata.
Liem mengarahkan penisnya ke vagina Wiwin, cairan yang keluar dari
penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina Wiwin. Wiwin
mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya
menggeretak, Liem nampak menikmati jeritan Wiwin ketika dia
menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan
cairan vaginanya.
“Aahhgghh..!” Liem mulai memperkosa Wiwin.
Kaki
Wiwin terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari
tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Liem mulai
bergerak dengan keras di vagina Wiwin. Liem menarik penisnya sampai
tinggal kepalanya di vagina Wiwin sebelum didorong lagi masuk ke dalam
rahimnya. Liem semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam
rahim Wiwin.
Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun
semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Wiwin pun lemas
tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya
dicampakkannya jilbab yang menutupi kepala Wiwin oleh Liem, sehingga
tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Wiwin. Kini pada setiap
hentakan membuat rambut indah Wiwin tergerai-gerai menambah erotisnya
gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Wiwin, bibir Liem kini
dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Wiwin yang tidak
tertutup jilbab dan menyedot salah satu sisi leher Wiwin.
Gerakan
dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan
keras. Wiwin pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan
lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya
telah lemah dan semakin kepayahan.
Akhirya badan Liem pun
menegang dan tidak beberapa lama kemudian Liem berejakulasi di rahim
Wiwin. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak. Liem nampak menikmati
semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati wajah
Wiwin yang telah kepayahan dan sudah tidak mengeanakn jilbab itu.
Liem
mengerang kenikmatan di atas badan Wiwin yang sudah lemah yang
sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak.
“Aauughh..
oh..!” Wiwin pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan jatuh
pingsan menyusul Anisya temannya yang terlebih dulu pingsan tetapi masih
berjilbab.
Badan Liem menggelinjang dan mengejan disaat
melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan
itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa
serta merengut keperawanan Wiwin gadis mahasisiwi cantik yang selalu
berjilbab dan ditaksirnya itu.
Senyum puas pun terlihat di
wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Wiwin yang tergelatak di bawahnya.
Liem pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, akhirnya terjatuh
lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Wiwin yang tergolek lemah.
Begitulah
malam itu Asan dan Liem telah berhasil merenggut kegadisan dua orang
gadis cantik berjilbab yang ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun
hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas
keringat, cairan sperma kering dan darah mulai kering nampak menghiasi
tubuh telanjang tidak berdaya kedua gadis cantik berjilbab itu.
Pagi
itu saat Asan dan Liem sudah rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba
Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia
bersama Acong teman Henry yang juga teman Asan dan Liem.
“Hei.., kalian disini rupanya.” ujar Henry.
Dan
seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan
melihat tubuh kedua gadis berjilbab itu telah telanjang tergeletak tidak
bergerak.
“Wah elo-elo abis pesta disini ya..? Aku kira mereka
gadis baik-baik karena selalu pake jilbab ternyata doyan ngentot juga”
tanya Henry yang berpikir kalau pesta sex ini dilakukan suka sama suka.
Tanpa menjawab, Liem dan Asan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.
Saat
Liem dan Asan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik
ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar
kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan
Acong yang tidak mengira kalau wiwin dan anisya diperkosa sehingga
mereka ikut berpesta menikmati tubuh kedua gadis berjilbab yang malang
itu (mereka mengira kalau wiwin dan anisya lagi teler).
Memang
rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali
ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis
itu. Kembali tubuh Anisya dan Wiwin yang sudah tidak sadarkan diri
menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut
dan rahim gadis-gadis berjilbab itu sepuas-puasnya.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
No comments:
Post a Comment