Wednesday, January 31, 2018

Agen Casino Terbaik - Cerita Sex Mesum Dengan Mama Tiri

Agen Casino Terbaik - Cerita Sex Mesum Dengan Mama TiriMama tidur dulu ya sayang” kata Mama.Aku menonton TV acara misteri, aku yang orangnya takut akan hal-hal gaib pergi ke kamar Mama supaya ditemanin nonton. Aku mendorong kamar Mama yang ternyata tidak terkunci. Aku sangat takjub melihat Mama yang sedang tidur karena Mama tidur hanya memakai BH dan CD. Aku sesak napas tak tahu harus bagaimana karena ini benar-benar kejadian yang tak diduga.


Agen Casino Terbaik - Aku mendekati Mama, Mama kalau sudah tidur susah untuk dibangunkan jadi mungkin ini kesempatanku untuk merasakan tubuh Mama pikirku dalam hati. Dengan perasaan takut kubuka BH Mama. Begitu terbuka, aku sadar bahwa dada Mama sangat indah. Payudara Mama tidak kalah indah dengan payudara cewek jepang yang aku tonton di blue film. Kuremas-remas kedua payudara Mama dengan ritme kadang keras kadang lembut, kuremas berulang-ulang.


“Akh.. Akhhh..” desah Mama walau pelan tapi aku mendengar.
Aku seperti mendapat lampu merah menghisap tetenya kanan kiri secara bergantian sedangkan tangan kiriku kuselipkan ke dalam CD Mama untuk memainkan Memek Mama.
“Sshh.. Shh” desah Mama tangan kiriku yang kuselipkan ke CD untuk memainkan Memek Mama terkena lendir Mama yang sudah keluar. Dada Mama yang kuhisap kedua puting Mama mengeras. Setelah puas menghisap dan menjilat puting Mama aku membuka CD Mama yang sudah sedikit basah sama lendir Mama sendiri. Kujilat, kuhisap dengan keras Memek Mama dan kumasukkan lidahku ke dalam Memek Mama.

“Ohhh.. Sshhh” desah Mama dan lendir Mama lagi-lagi keluar.
Aku ganti dengan mengocok Memek Mama dengan jari tangan kanan sementara tangan kiri mengelu-elus klitoris Mama yang membesar.

“Akhh.. Sshh.. Okhh” desis Mama agak keras tapi tetap dalam keadaan tidur. Aku tidak peduli Mama bangun atau tidak kukocok tangan kananku yang mengocok Memek Mama dengan cepat.
“Plok.. Plokk” bunyi kocokan Memek Mama lalu.
“Akhh.. Akhh. Yaa.. terus.. sampai” gunggam Mama yang disertai tubuh Mama mengejang dan mengeluarkan lendir banyak.

Aku tahu pada saat itu Mama pasti orgasme langsung saja kujilat Memek Mama yang masih berlendir.

“Wah benar-benar Memek Mama wangi dan lendirnya enak” kataku kubisikkan ke kuping Mama yang aku sendiri tidak tahu Mama masih tidur atau sudah bangun.
Mama masih mengatur napas karena habis orgasme, tapi aku nekat dengan mencium mulut Mama dan memasukkan lidah ku ke dalam mulut Mama. Ternyata Mama membalas kulumanku dan memainkan lidah Mama dengan lidah aku, lama sekali kami saling menghisap dan mengulum. Tapi tanganku tidak diam. Tanganku meremas buah dada Mama, memilin puting Mama yang menyebabakan Mama mendesis.
“Okhh.. Akhh”.
Tubuh Mama tiba-tiba mengejang lagi tang menandakan Mama orgasme untuk ke-2 kalinya.
“Akhh.. Okkhh.. Datang.. Nikmat” gunggam Mama lagi tetapi tidak menampakkan Mama akan bangun.
Lagi-lagi cairan Mama keluar. Aku tidak berani membuat Mama melakukan oral kepadaku karena takut Mama tahu aku berbuat mesum padanya. Makanya aku langsung memasukkan kontolku ke Memek Mama yang sudah basah. Walaupun Memek Mama basah tapi kontolku ynag besar tidak dapat masuk. Aku akui kontolku besar dan panjang tapi setelah kucoba-coba akhirnya dapat masuk.
“Okhh… Shh..” desah Mama waktu kontolku masuk ke Memek Mama.

Memek Mama sempit, aku sangat sulit menggerakkan kontolku. Memek Mama terasa nikmat yang membuat aku melayang syraf-syaraf dan otot-otot Memek Mama memijit kontolku. Mama pun seperti cacing kepanasan menggoyangkan pantatnya tidak beraturan yang membuat kontolku akhirnya masuk seluruhnya ke Memek Mama.

“Akkhh.. Okhh” desah Mama sambil mengejang dan itu membuat aku kaget karena Mama orgasme ke-3 kalinya. Dan cairan
Mama yang keluar agak memudah kan aku melakukan gerakan kontolku di Memek Mama. Mama merenggangkan kedua pahanya untuk memudahkan aku menggerakkan kontolku. Mula-mula kukocok pelan-pelan, lalu selanjutnya berirama kadang pelan kadang cepat yang semakin membuat Mama mengugam.

“Akhh.. Teruus nikmat.. Yaa” aku semakin bersemangat, mulai menganti posisi Mama sekarang Mama telungkup dan pantatnya kubuat menungging, dengan gaya doggie style ini aku merasa nikmat dan Mama pantatnya mengikuti irama goyangan kontolku, otot Memek Mama mengedut dan aku yakin Mama orgasme, ternyata Mama orgasme untuk ke-4 kalinya.
Aku juga mengedut dan muncratlah spermaku di Memek Mama, bahkan aku yakin spermaku menymprot rahim Mama karena kontolku di Memek Mama selalu kena rahimnya.
“Akhh.. Akhh” desah Mama.

Aku tak puas lalu kupangku Mama dan wajah kami berhadapan lalu kumasukkan kontolku ke Memek Mama. Plleess.. bunyinya.
“Akkhh..” desah Mama.
Kukocok dengan berirama, aku dan Mama orgasme berbarengan sambil kami mengulum. Kudiamkan sebentar kontolku dalam Memek Mama. Kukeluarkan, plop bunyinya. Kucium kening Mama dan kuusap rambutnya. Kulihat Mama sangat lelah dengan keringat yang bercucuran, ku bisikkan ke telinga Mama.

“Lain kali lagi ya Ma, Mama sangat enak Memeknya” lalu aku matikan TV dan pergi ke kamar sebelum tidur kulihat jam ternyata jam 3 dini hari aku selesai main sex dengan Mama.
Kesokannya..

Pukul 17.00, aku berenang dengan santainya, aku tidak canggung kalau bertemu Mama begitu juga dengan Mama seperti tidak tahu kejadian semalam.
“Yo Mama ikut berenang donk” kata Mama yang begitu aku berbalik melihat Mama sudah memakai bikini untuk berenang, dan aku yakin bahwa Mama tidak memakai apa-apa selain bikini itu. Mama lalu masuk ke kolam dan menuju ke aku.

“Ajarin Mama berenang donk Yo” kata Mama agak manja. Aku yang mendapat kesempatan langsung berpikir bagaimana caranya untuk menyetubuhi Mama lagi.
“Begini ya Ma, Yoyo akan ngajari Mama tapi Mama harus nuruti kata Yoyo. Gimana Ma, mau enggak?” tanyaku.
“Boleh” kata Mama sambil tersenyum.
“Pertama kita pemanasan dulu Ma” kataku.
Lalu aku membelai dada Mama yang montok. Aku melihat Mama diam saja sambil napas Mama terlihat sesak, aku mulai membuka bikini atas Mama.
“Jangan Yo ada Bi Inah dan Bi Pur” kata Mama.
“Enggak pa.. pa.. Ma enggak ketahuan kok” balasku.

Mama diam saja, segera aku menjilat dada kanan Mama dan memilin puting kiri Mama dengan tangan.

“Akhh… akhh, kamu mulai bandel ya.. Yo” kata Mama sambil mendesah.
Kucium mulut Mama dan Mama membalas dengan memasukkan lidahnya dan menghisap kidahku serta meludahi aku. Kami bermain lidah sangat lama.
“Yo masukin donk, Mama enggak tahan nih akhh..” kata Mama.
Aku lalu menaikkan tubuh Mama ke pinggir kolam lalu membuka bikini yang melindungi Memeknya. Begitu terbuka kulihat lendir Mama sudah keluar segera saja kuhisap, kujilat dan kumasukkan lidahku dalam Memek Mama.

“Akkh.. Okhh enak Yo Memek Mama sangat enak” kata Mama.
“Ma aku kan membuat Mama lebih baik tapi Mama tidak boleh main sex dengan siapapun termasuk Papa” kataku sambil mengocok-ngocok Memek.
“Iya Yo, Mama kan budak sex mu, cepat Yo masukkin kontolmu ke Memek Mama akkhh.. Sshh” jawab Mama.
Aku naik ke pinggir kolam lalu mendudukan Mama di atas pangkuanku dengan wajah kami bertemu “bleess” bunyi kontolku ke Memek Mama.
“Wah, Mama sudah bisa ya nampung Kontol Yoyo” candaku.
“Kan kemarin sudah latihan ama kamu” kata Mama.

Lalu aku sadar bahwa Mama kemarin suka melakukan sex denganku. Dengan semangat kupompa dengan cepat.

“Akkhh.. Yess.. Enak sayang.. terus” teriak Mama.
Senyumku melebar dan aku pun mencium mulut Mamaku yang dari tadi mendesis dengan disertai pompaanku yang cepat.

“Sayang.. Saayangg Mama datangg” teriak Mamaku. Lalu kurasakan mani Mama menyiram kontolku yang masih memompa Mama.
Tubuh Mama menegang dan memelukku dengan kuat, tapi tiba tiba Bi Inah kulihat datang.
“Kenapa sayang kamu mau main di kolam sama Mama?” tanya Mama.
“Iya Ma habis Bi Inah datang”jawabku.

Aku senderan di dinding kolam sedangkan Mama berhadapan denganku. Mama lalu masuk ke air dan tanpa kusadari Mama melakukan oral kepadaku. Mama hisap, jilat pokoknya Mama melakukan yang hebat dan membuat aku mendesah.
“Akhh”.

“Kenapa Den?” tanya Bi Inah. Aku kaget.
“Enggak pa.. pa.. Bi” jawabku.
Lalu Bi Inah ke dalam dan aku orgasme tapi Mama meminum spermaku sekaligus minum air kolam. Kutarik Mama.

“Enggak pa.. pa.. Ma?” Tanyaku.

Waktu mama mau menjawab, kucium mulut Mama dan kumasukkan kontolku ke dalam Memek Mama dengan gaya aku seperti mengendong Mama. Lama kami melakukannya dan Mama memeluk erat-erat, tubuhnya mengejang dan orgasme Mama untuk ke-2 kalinya. Aku yang masih bangun menyuruh Mama naik lagi ke luar kolam dan Mama ku suruh menungging. Kali ini aku masukin kontolku ke lubang pantat Mama.
“Ma, kita anal sex yuk?” tanyaku.
“Jangan Yo, Mama belum pernah” jawab Mama.

Tanpa memperdulikan jawaban Mama kumasukkan dengan paksa ke pantat Mama walau pun lama akhirnya masuk juga.
“Penuh Yo.. Sakit” teriak Mama.
Aku tak peduli tetap kukocok tak berapa lama Mama menggoyang pantatnya untuk mengimbangi kocokanku.

“Enak Yo.. Shh.. Yang keras Yo” teriak Mamaku.
Kupercepat lajuku, kontolku mengedut dan tubuh Mama mengejang lalu kami sama-sama orgasme.
“Akhh Mama datang sayang” teriak Mama.
“Akhh Memek Mama enak juga” kataku.

Setelah kami selesai sex. Kami mandi berdua lagi dan melakukan sex lagi. Terus-terusan kami melakukannya dimana ada kesempatan, entah saat mandi, malam ketika Papa keluar kota, di mobil, dan kami juga menyewa hotel jika kondisi tidak aman tapi kami ingin melakukan sex. Pokoknya kami melakukannya setiap hari baik itu dimana tempatnya.
Aku memasuki kelas 2 SMU..

Papa ingin merayakan pernikahan Mama dengan Papa dengan liburan dari kantor untuk 3 orang selama 2 hari, aku pun ikut dalam liburan tersebut. Memang Mama masih menepati janjinya untuk bermain sex hanya dengan aku, tapi aku merasa Mama akan mau melakukan hubungan badan karena ini hari pernikahan mereka. Makanya aku pun berhasrat untuk minta ikut. Mama tahu alasan sebenarnya aku ikut makanya Mama mengiyakan permintaanku. Liburan ini benar-benar liburan buat kami tapi tidak untuk Papa makanya liburan akan ulang tahun pernikahan mereka menjadi hubungan sex antara Ibu dan anak.
Pukul 14.00, kami tiba di^^^. Hotelnya bagus. Papa memesan 2 kamar. Aku melihat Papa mencium Mama tapi Mama menolak karena Mama melihat mataku yang menatap Mama dengan tajam.
“Kamu kok selama ini menolak apapun permintaanku, bahkan untuk kucium aja kamu nolak” tanya Papa.

“Malu kan dilihat orang” hindar Mama.

Telepon Papa berbunyi dan Papa ngomong sebentar lalu menghentikan pembicaraannya. Kamar aku dan ke-2 orang tuaku bersebelahan, aku mau masuk lalu kudengar.
“Ma, Papa pergi dulu ya maaf, nih ntar Papa baliknya jam 21.00″ kata Papa ke Mama.
Aku masuk kamarku, kutunggu selama 4 menit dan keluar kamar sambil melihat Papa ada atau tidak. Kulihat tak ada Papa maka aku pun membuka kamar Mama yang ternyata tidak terkunci. Aku masuk dan merantai pintu kamar, kulihat Mama sudah telanjang bulat tanpa apa-apa mendekat kepadaku. Diciumnya bibirku, akhirnya kami saling mengulum. Mama menundukkan wajah ke celana jeansku, dan membuka celanaku dan CDku. Dengan cepat aku juga membuka bajuku. Sekarang kami sama-sama telanjang bulat.

Mama mengulum kontolku, menjilat, mengocok.
“Akhh” desahku.
“Kontolmu lebih dahsyat 100x dari pada Kontol papamu” kata Mama.

Dengan kehebatan Mama dalam oral aku orgasme. Cpreett.. Cepreet.. suara dalam mulut Mama dan Mama pun menelan spermaku tanpa ada yang tersisa.
“Enak sekali spermamu sayang” kata Mama genit.
Aku membawa Mama ke ranjang lalu aku melakukan oral ke Mama. Kuhisap jilat klirotis Mama, sedangkan tangan kanan mengocok pantat Mama, lalu tangan kiri bermain aktif dengan buah dada Mama, kuremas-remas dengan ganas.

“Akhh.. Teruuss Yo” desah Mama.
Kumainkan posisi ini dengan lama, Mama pun mengejang.

“Akkhh.. Memekku.. Aku.. Datang sayaanngg” teriak Mama sekeras mungkin.
Kurasakan dimulutku lendir Mama keluar dari Memeknya, sedangkan tangan kananku merasa keluar lendir juga dari lubang pantat Mama. Kujilat dan kutelan lendir Mama baik yang di Memek dan lubang pantat Mama. Kucium Mama lalu kutanya.
“Siap Mamaku sayang” Jawab Mama.


“Terserah kamu dan kontolmu say, pantat, buah dada, Memek Mama semuanya hanya milikmu”.
Dengan semangat Mama membuka pahanya lebar-lebar, tapi Mama salah karena kumasukkan kontolku ke lubang pantat Mama.
“Ukhh.. Sshh” desah Mama.
Dengan Mama yang berlendir dan selama ini kami berhubungan sex, mengakibatkan Mama tidak kesusahan menerima kontolku. Tak berapa lama Mama mengaitkan kedua kakinya ke pinggangku dan tubuh Mama menegang.

“Oohh.. Yeeaahh” teriak Mama.
Kurasakan daging di lubang pantat Mama mengurut kontolku dan menyiram dengan lendir Mama. Aku tak peduli Mama orgasme, tetap kupompa lambat, cepat, lambat dengan berirama. Lalu aku menelungkupkan Mama dan membuat Mama menunging, kumasukkan kontolku tetap pada lubang pantat Mama. Mama mengoyangkan pantatnya sesuai gerakanku.
Sepertinya gairah Mama naik lagi, karena Mama mendesis.
“Oohhk.. Uhkk.. Yeaa” sambil tetap mengimbangi gerakanku. Kontolku semakin besar dan gerakan Mama juga semakin liar,
“Ma, Yoyo datang” kataku.

“Tahan Yo datangnya sama Mama ya sayangg.. Okhh” balas Mama.
Tak berapa lama aku dan Mama orgasme berbarengan. Di pantat Mama Bercampur benih kasih cinta spermaku dengan mani Mama.

Kulihat jam ternyata sudah jam 18.00, “Ma pindah yuk ke kamar Yoyo” ajakku, “Ntar Papa jadinya enggak bisa main sama Mama” kataku lagi.
“Ayuk lagipula Mama inikan milikmu sayang” kata Mama sambil mengulum mulutku.
Kontan gairahku naik lagi tapi sempat kutahan, dan meminta Mama pindah. Kami pun pindah ke kamarku, lalu kami main lagi.

Aku dan Mama meneruskan permainan panas kami di kamarku. Aku dan Mama mencoba berbagai posisi seks, dan Mama menyukai permainanku. Tapi pada saat Mama mencapai orgasmenya pada saat ke sekian kalinya, tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk. Mama dan aku kaget karena ketukan itu dan dengan segera kami menghentikan permainan cinta kami.
“Siapa?” tanyaku, yang kemudian disusul Mama menuju ke kamar mandi.
“Ini Papa yo” jawab si pengetuk.


Pada saat itu juga kepalaku kosong. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan selanjutnya karena yang mengetuk pintu kamarku adalah Papa. Aku segera merapikan tempat tidurku dan melap sisa-sisa cairan cinta Mama dan aku yang tercecer. Aku ke kamar mandi dan memberi tahu Mama bahwa yang mengetuk pintu adalah Papa. Mama kusuruh agar pura-pura mandi dan tenang saja karena aku yang akan menemui Papa. Terdengar ketukan lagi.
“Yo.. Yoyo”. Aku segera membuka pintu dan keluar menemui Papa.
“Kamu kok lama?” tanya Papa.

“Maaf Papa tadi yoyo ngantuk banget jadi agak lama bukain pintu” kataku.
“Mama ada di kamarmu yaa?” tanya Papa.
“Iya, tuh sedang mandi” kataku.
“Papa cuma mau bilang bahwa Papa harus pulang dulu karena urusan kerja, jadi kamu nemanin Mama saja liburan di sini” kata Papa.
“Udah ya, Papa cuma mau ngasih tahu itu saja kok, dan nanti tentang biaya liburan tagihannya kirim saja ke kantor biar kantor yang bayar” kata Papa sambil pergi.
Aku terdiam sesaat lalu sambil tersenyum aku masuk ke kamar, dan memberi tahu ke Mama tentang kabar baik ini. Mama pun senang dan kami melanjutkan permainan cinta kami sampai liburan berakhir.

Pada saat aku memasuki kelas 3 SMU, hubungan Mama dan Papa semakin lama semakin merenggang, dan Papa pun mulai sibuk pergi meninggalkan rumah, maka Mama dan aku pun semakin mempererat hubungan indah antara kami berdua.
“Akhh.. Akhh” (sekarang aku dan Mama sedang memacu cinta di kantor Mama, karena pada saat itu aku mengunjungi kantor.

Mama karena aku di tawari Mama untuk kerja di kantor Mama apabila aku sudah lulus SMU).
“Truss yo.. Akhh.. Sshh” desah Mama.
Aku pun mempercepat kocokanku di Memek Mama, Mama waktu itu posisinya berdiri menghadap tembok dan Mama membelakangi aku, sedangkan aku masukan kontolku ke Memek Mama sambil mengangkat kaki kanan Mama. Jadi saat itu Mama berdiri hanya dengan kaki kiri dan bertumpu pada tembok. Waktu itu kami telanjang bulat alias tidak ada sehelai pun baju yang menempel di Mama dan aku.

Mama menggoyangkan pantatnya dengan cepat yang membuatku harus mempercepat kocokan kontolku untuk mengikuti gerakan pantat Mama. Memek Mama yang sudah basah tiba-tiba mengedut seperti sedang memeras kontolku.

Memek Mama terasa menyemprotkan air mani ke kontolku. Mama menggoyangkan pantatnya berkali-kali, aku hanya diam karena aku tahu Mama sedang menikmati datangnya orgasmenya. Kontolku tetap tidak kugerakkan, Mama sudah mulai tenang sambil mengambil napas. Aku keluarkan kontolku dari Memek Mama.
“Kok dilepasin yo..?” tanya Mama.

Tanpa menjawab kumasukkan kontolku ke lubang pantat Mama. Aku begitu mudah masukkan kontolku karena lubang pantat Mama sudah licin dengan cairan di lubang pantat Mama dan kontolku yang masih basah karena mani Mama bekas orgasme tadi.
“Kamu memang pintar sayang” puji Mama.
Aku mengocok lubang pantat Mama dengan irama, Mama pun mengikuti iramaku sepertinya Mama sudah gairah lagi dan tenaga Mama sudah pulih.
“Okhh.. Yeeaahh” desah Mama.

Aku tidak perlu khawatir kalau Mama teriak sekali pun karena kantor Mama seruangan penuh yang terletak di lantai paling atas, karena Mama adalah presiden direktur di perusahaan yang sebenarnya milik Papa, tapi diserahkan ke Mama karena Papa mengurusi perusahaan Papa yang satunya. Singkatnya Papa memiliki 2 perusahaan.

Aku yang masih memompa lubang pantat Mama juga memainkan Memek Mama yang ternyata sangat basah dan beberapa kali juga tanganku merasakan lendir Mama yang keluar dari Memek Mama. Sekian lama aku juga akhirnya orgasme yang pada saat itu juga Mama orgasme.

“Aakkhh.. Sa.. Sayangg, Mama nikmaatt” teriak Mama. Orgasme kami menyatu dan tubuh Mama dan aku jadi hangat walau di tempat ber-AC.

Mama tampak lelah sekali, tapi aku belum. Mama yang duduk di sofa ruangan Mama, aku mendekat lalu aku duduk di lantai dan langsung saja wajahku kudekatkan ke Memek Mama lalu kujilat-jilat dan kuisap sisa-sisa lendir Mama yang masih ada di Memek Mama.
“Kamu doyan sama memek Mama?” tanya Mama.
“Memek Mama enak sih” jawabku yang masih menjilati Memek Mama.

Mama tidak menjawab yang keluar dari mulut Mama hanya lenguhan dan rintihan. Memek Mama mulai basah lagi. Sekarang yang kujilat adalah klitoris Mama. Sementara tangan kiriku menggantikan mulutku yaitu mengocok-gocok Memek Mama. Sedangkan tangan kanan meremas dada Mama yang sangat indah. Kulakukan itu sampai Mama orgasme untuk kesekian kalinya. Segera tanpa mengistirahatkan Mama kumasukkan kontolku ke Memek Mama.

“Akkhh.. Shh.. Kamu hebat sekaalii sayangg” kata Mama.
Sambil mengocok Memek Mama, kucium mulut Mama dan kumasukkan lidahku, Mama membalasnya. Mama dan aku saling melumat sementara goyangan pantatku diimbangi oleh Mama yang bangkit gairahnya. Aku menghentikan kocokan.
“Ma Yoyo mau kencing dulu” kataku yang mau mencabut kontolku.
“Akhh.. Jang.. Jangan yo Mama juga mau kencing.., Sshh jadi kencing aja di memek Mama, Mama kan belum pernah dikencingin kamu” jawab Mama. Aku kaget setengah mati, tapi kemudian Mama mengejang.

“Yo Mama kencing nih” kata Mama.
Aku yang kaget ikut kencing juga. Aku kencing di dalam Memek Mama dimana saat aku kencing Mama juga kencing. Sambil kencing ternyata Mama menggerakkan pantatnya, aku paham sambil kencing kukocok Memek Mama. Kocokanku membuat air kencing kami keluar. Dari Memek Mama keluar air warna kuning yang bertumpahan dengan disertai bercampurnya air kencingku dengan lendir Mama.

Kontolku kukeluarkan, maka tumpahanlah air kencing aku dan Mama dari Memek Mama. Karpet kantor pun basah karena air kancing dari Memek Mama. Aku duduk di sofa dan Mama kutarik, sekarang yang kuinginkan Mama duduk di pangkuanku tapi membelakangiku. Mama menggoyangkan pantatnya yang masih belum kumasuki kontolku.
“Masukin dong memek Mama dengan kontolmu yang gede itu yo” pinta Mama. Kuturuti tapi lubang pantat Mama yang kumasuki kontolku.

“Ohh.. Gak apa-apa Ma.. Ma enak.. Bangett” desah Mama.

Kukocok kontolku di lubang pantat Mama dimana tanganku juga mengambil peranan penting yaitu mengocok Memek Mama dengan tangan kiri dan mengelus-elus klirotis Mama yang basah dengan tangan kanan. Diposisi ini Mama sangat hebat, akibat kocokan Kontol dan mainan tanganku membuat Mama menggerakkan pantatnya dengan liar, mendesah sambil berkata kotor, dan tak luput Mama meremas-remas dadanya sendiri. Agak lama kami di posisi ini, tangan Mama memegang kuat sofa, Memek Mama mengedut.

“Akhh.. Maaf yo Mama sampe duluan..”
Ternyata Mama orgasme duluan dan aku pun menyusul. (Inilah pertama kalinya kami bermain cinta di kantor Mama). Aku masih mendiamkan kontolku di lubang pantat Mama, setelah agak mengecil kukeluarkan kontolku. Aku menuju toilet di ruangan itu dan sekembalinya Mama masih telanjang sambil mengambil napas.

“Kok belum ganti pakaian Ma?” tanyaku.
“Ntar deh Yo, Mama masih capek banget nih” kata Mama. Aku ikut menemaninya duduk di sofa samping Mama sambil memeluk Mama seperti sepasang kekasih.

Setelah aku lulus SMU, aku bekerja di kantor Mama. Kami juga semakin sering mencari kepuasan di rumah, karena Papa dan Mama bercerai atas permintaan Mama, dan Papa juga menyetujui. Mama dan aku semakin bebas layaknya suami istri. Aku juga sering memainkan Memek dan lubang pantat Mama dengan vibrator dan dildo ukuran besar yang aku beli.

Dan Mama sangat menikmati jika aku memasukkan kontolku ke Memek Mama dan bersamaan dengan dildo kumasukkan ke lubang pantat Mama, atau sebaliknya. Sampai aku menikah pun hubungan kami masih terus berlanjut dan tidak ada yang memisahkan hubungan kami.

Tapi yang pernah membuatku jantungan adalah Mama juga pernah main dengan istriku di rumah. Aku dan istriku memang tinggal di rumah Mama karena aku tidak ingin pergi jauh dari Mama. Aku yang pernah menangkap Mama dan istriku sedang saling memuaskan, mereka ketakutan tapi aku tidak marah bahkan aku juga sering main threesome dengan Mama dan istriku. Tapi mereka kuberi syarat bahwa mereka boleh bermain tapi harus melapor denganku dan jangan bermain sex dengan lelaki lain.

Mereka mengerti terutama Mama sebagai orang yang paling kusayangi dan paling sering memadu cinta. Mama, aku, dan istriku hampir setiap malam bermain threesome. Tapi istriku telah kuberi pesan khusus bahwa kelak anak kami tidak boleh incest dengannya maupun aku, karena aku tidak ingin anak-anakku rusak, cukuplah aku saja. Begitulah indahnya hubungan ibu dan anak. 

Untuk  Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :


Posted By : 233bet.com

Agen Casino Slot - Cerita Dewasa Di Perkosa Menantu

Agen Casino Slot - Cerita Dewasa Di Perkosa MenantuBerdiri di depan pintu rumahku, menantu permpuanku, Mirna, mendekatkan kepalanya ke arahku dan berbisik, “Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.” Dia memberiku sebuah kecupan ringan di pipi, dan berbalik lalu berjalan menyusul suami dan anaknya yang sudah lebih dulu menuju ke mobil. Yoyok menempatkan bayinya pada dudukan bayi itu, dan seperti biasanya, dia terlalu jauh untuk mendengar apa yang dibisikkan istrinya tercintanya terhadap Ayah kandungnya.


Agen Casino Slot - Mirna melenggang di jalan kecil depan rumah dengan riangnya bagai seorang gadis remaja yang menggoda. Yoyok tak mengetahui ini juga, ini semua dilakukan istrinya hanya untukku…
Mungkin kalian mengira aku terlalu mengada-ada soal ini, tapi kenyataannya apa yang Mirna lakukan ini tidak hanya sekali ini saja. Dan sejak aku tak terlalu terkejut lagi, aku merasa ada sesuatu yang hilang jika dia tidak melakukannya saat berkunjung ke rumahku. Aku merasa ada getaran pada penisku, dan sebagai seorang lalaki biasa yang masih normal, pikiran ‘andaikan…A?a,?a"? yang wajar menurutku selalu hadir di benakku.

Mirna adalah seorang wanita yang bertubuh mungil, tapi meskipun begitu ukuran tubuhnya tersebut tak mampu menutupi daya tarik seksualnya. Sosoknya terlihat tepat dalam ukurannya sendiri. Dia mempunyai rambut hitam pekat yang dipotong sebahu, dia sering mengikatnya dengan bandana.
Dia memiliki energi dan keuletan yang sepengetahuanku tak dimiliki orang lain. Sebuah keindahan nan elok kalau ingin mendiskripsikannya. Dia selalu sibuk, selalu terlihat seakan dikejar waktu tapi tetap selalu terlihat manis. Dia masuk dalam kehidupan keluarga kami sejak dua tahun lalu, tapi dengan cepat sudah terlihat sebagai anggota keluarga kami sekian lamanya.

Yoyok bertemu dengannya saat masih kuliah di tahun pertama. Mirna baru saja lulus SMU, mendaftar di kampus yang sama dan ikut kegiatan orientasi mahasiswa baru. Kebetulan Yoyok yang bertugas sebagai pengawas dalam kelompoknya Mirna. Seperti yang sering mereka bilang, cinta pada pandangan pertama.


Mereka menikah di usia yang terbilang muda, Yoyok 23 tahun dan Mirna 19 tahun. Setahun kemudian bayi pertama mereka lahir. Aku ingat waktu itu kebahagian terasa sangat menyelimuti keluarga kami. Suasana saat itu semakin membuat kami dekat. Mirna mempunyai selera humor yang sangat bagus, selalu tersenyum riang, dan juga menyukai bola. Dia sering terlihat bercanda dengan Yoyok, mereka benar-benar pasangan serasi. Dia selalu memberi semangat pada Yoyok yang memang memerlukan hal itu.

Yoyok dan Mirna sering berkunjung kemari, membawa serta bayi meraka. Mereka telah mengontrak rumah sendiri, meskipun tak terlalu besar.

Aku pikir mereka merasa kalau aku membutuhkan seorang teman, karena aku seorang lelaki tua yang akan merasa kesepian jika mereka tak sering berkunjung. Disamping itu, aku memang sendirian di rumah tuaku yang besar, dan aku yakin mereka suka bila berada disini, dibandingkan rumah kontrakannya yang sempit.

Ibunya Yoyok telah meninggal karena kanker sebelum Mirna masuk dalam kehidupan kami. Sebenarnya, tanpa mereka, aku benar-benar akan jadi orang tua yang kesepian. Aku masih sangat merindukan isteriku, dan bila aku terlalu meratapi itu, aku pikir, kesepian itu akan memakanku. Tapi pekerjaanku di perkebunan serta kunjungan mereka, telah menyibukkanku. Terlalu sibuk untuk sekedar patah hati, dan terlalu sibuk untuk mencari wanita untuk mengisi sisa hidupku lagi. Aku tak terlalu memusingkan kerinduanku pada sosok wanita. Tak terlalu.
Bayi mereka lahir, dan menjadi penerus keturunan keluarga kami. Kami sangat menyayanginya. Dan kehidupan terus berjalan, Yoyok melanjutkan pendidikannya untuk gelar MBA, dan Mirna bekerja sebagai Teller di sebuah Bank swasta.
Kunjungan mereka padaku tak berubah sedikitpun, cuma bedanya sekarang mereka sering membawa beberapa bingkisan juga. Tentu saja, diasamping itu juga perlengkapan bayi, beberapa popok, mainan dan makanan bayi.

Beberapa bulan lalu Mirna dan bayi mereka datang saat Yoyok masih di kelasnya. Dia duduk disana menggendong bayinya di lengannya. Dia sedang berusaha untuk menidurkan bayinya. Aku tak tahu caranya, tapi pemandangan itu entah bagaimana telah menggelitik kehidupan seksualku.
“Ngomong-omong… kapan Ayah akan segera menikah lagi?” dia bertanya dengan getaran pada suaranya.

“Aku tak tahu. Aku kelihatannya belum terlalu membutuhkan kehadiran seorang wanita dalam hidupku. Lagipula, aku telah memiliki kalian yang menemaniku.”
“Aku tidak bicara tentang teman. Aku sedang bicara soal seks.” matanya mengedip kearahku saat dia bicara.
“Apa?”
“Ayah tahu, seks.” dia hampir saja tertawa sekarang. “Ketika seorang lelaki dan wanita sudah telanjang dan memainkan bagiannya masin-masing?”
“Ya, aku tahu seks,” aku membela diri. “Lagipula kamu pikir darimana suamimu berasal?”
“Yah, aku hanya khawatir kalau Ayah sudah melupakannya. Maksudku, apa Ayah tak merindukan hal itu?”
“Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku sudah terlalu tua untuk hal seperti itu.”
“Hei! Lelaki tak pernah bosan dengan hal itu. Setidaknya begitulah dengan putramu.”
“Anakku jauh lebih muda dariku, dan dia mempunyai seorang istri yang cantik.”
“Terima kasih, tapi aku masih tetap menganggap Ayah membutuhkannya,” dia menekankan suaranya pada kata ‘Ayah’.
“Terima kasih sudah ngobrol,” kataku, masih terdengar sengit. Ada sedikit jeda pada perbincangan itu, saat dia masih menekan kehidupan seksualku. Aku pikir bukanlah urusannya untuk mencampuri hal itu meskipun kadang aku membayangkannya juga.
Dia pandang bayinya, yang akhirnya tertidur, dan memberinya sebuah senyuman rahasia, sepertinya mereka berdua akan berbagi sebuah rahasia besar. Masih memandangnya, tapi dia berbicara padaku, “Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”

“Apa!!!?”

“Aku serius.” Mirna menatapku. “Kalau Ayah menginginkan aku… Ayah adalah seorang lelaki yang tampan. Ayah membutuhkan seks. Disamping itu, aku bersedia, kan?”
Aku pikir dia sedang bercanda. Tapi wanita yang menggoda ini tidak sedang main-main. Tapi tetap saja tak mungkin aku melakukannya dengan istri dari anak kandungku sendiri. “Terima kasih atas tawarannya, tapi kupikir aku akan menolak tawaranmu.” suaraku terdengar penuh dengan keraguan saat mengucapkannya.

Mirna mencibirkan bibir bawahnya, aku tak bisa menduga apa yang sedang dirasakannya. Dia tetap terlihat menawan, dan aku merasa Yoyok sangat beruntung.
Dia bicara dengan pelan. “Dengar, Yoyok tak akan tahu. Maksudku, aku tak akan mengatakannya kalau Ayah juga menjaga rahasia. Dan bukan berarti aku menawarkan diriku pada setiap lelaki yang kutemui. Aku bukan wanita seperti itu dan aku bisa mengatur agar sering berkunjung kemari. Dan aku tahu Ayah menganggapku cukup menarik kan, sebab aku sering melihat Ayah memandangi pantatku.”

Aku tak mungkin menyangkalnya. Mirna mungkin tak terlalu tinggi, tapi dia memiliki bongkahan pantat yang indah diatas kedua kakinya. “Ya, kamu memang memiliki pantat yang indah. Tapi itu bukan berarti kalau aku ingin berselingkuh dengan menantuku sendiri.”
Dia berhenti sejenak, tapi Mirna kelihatannya tak akan menyerah begitu saja. “Yah, tapi jangan lupa. “Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”
Dan itulah awal dari semua ini.

Seiring minggu yang berlalu, entah di sengaja atau tidak, dia seakan selalu berusaha untuk menggodaku, membuat puting sususnya menyentuh dadaku saat dia menyerahkan bayinya padaku untuk ku gendong. Atau dia masukkan jarinya di mulutnya saat Yoyok tak melihat, dan menghisapnya dengan pandangan penuh kenikmatan ke arahku.
Suatu waktu dia duduk di lantai dengan kaki menyilang dan sedang bermain dengan bayinya, dia memandangku tepat di mata, tersenyum, dan menyentuh pangkal paha di balik celana jeansnya. Aku tak akan melupakan hal itu. Dan dia entah bagaimana selalu menemukan cara untuk berduaan denganku walaupun sesaat, dan dia memberiku ciuman singkat yang penuh gairah, tepat di bibir. Itu semua dilakukannya berulang-ulang.
“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia berbisik di belakang Yoyok saat suaminya itu sedang memasukkan DVD pada player.
“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia berbisik saat mendekat untuk menyodorkan minuman padaku.

“Kalau Ayah mau… aku nggak menolak,” dia membisikkannya setiap kali dia berpamitan.
Dan sekarang, aku bukanlah terbuat dari batu, dan aku tak akan bilang tingkah lakunya itu tidak memberikan pengaruh terhadapku. Mirna sangat manis dan mungil, dan meskipun setelah melahirkan bayi pertamanya tak membuat tubuhnya berubah seperti kebanyakan wanita. Dia tetap langsing, dan manis, dan dia menawarkan dirinya untuk kumiliki. Tapi aku tak akan memulai langkah pertama untuk tidur dengan menantuku sendiri, tak perduli semudah apapun itu.

Setidaknya itulah yang tetap kukatakan pada diriku sendiri.
Beberapa minggu yang lalu kami semua berkumpul di rumahku untuk melihat pertandingan bola. Aku mengambil beberapa kaleng minuman dan sedang berada di dapur untuk menyiapkan beberapa makanan ringan saat Mirna muncul dari balik pintu itu.
“Hai!” sapanya, membuka pintu dan masuk ke dapur. “Ayah sudah siap untuk pertandingan nanti?”

“Hampir. Aku sedang membuat makanan untuk keluarga kecil kita, dan aku punya beberapa wortel untuk cucuku. Aku pikir dia akan suka dan warnanya sama dengan kesebelasan yang akan bertanding nanti, kan?

Mirna tertawa dan berkata. “Aku rasa dia tak akan perduli. Disamping itu bukankah ada hal lain yang lebih baik yang bisa Ayah kerjakan untukku?”
“Jangan menggodaku. Aku seorang kakek dan aku akan lakukan apa yang menurutku akan disukai oleh cucuku.” aku memandangnya. Mirna berdiri di sana memakai bandana merah kesukaannya diatas rambutnya yang sebahu. Dia memakai kaos yang sedikit ketat yang bahkan tak sampai ke pinggangnya, dan pusarnya mengedip padaku dibalik kaosnya. Kancing jeansnya membuatnya kelihatan seperti anak-anak diera bunga tahun 60an, dan dia memakai sandal dengan bagian bawah yang tebal yang menjadikannya lebih tinggi sepuluh centi.

Kuku kakinya dicat merah senada dengan lipstiknya, dan itu menjadi terlihat dengan sangat menarik dibalik denimnya. Dia selalu suka mengenakan perhiasan, dan dia memakainya pada leher, telinga, pergelangan tangan dan bahkan di jari kakinya. Dia membuatku berandai-andai jika saja aku masih remaja, jadi aku dapat memacari gadis sepertinya. Mungkin suatu waktu nanti aku harus pergi ke kampus dan mencari gadis-gadis. Khayalanku terhenti saat menyadari kalau Yoyok dan bayinya tidak mengikutinya masuk.

“Mana anggota keluargamu yang lainnya?” aku bertanya ingin tahu.
“Mereka akan segera datang. Yoyok pergi ke toko perkakas untuk membeli peralatan mesin cuci yang rusak. Dia ingin membawa serta anaknya. ‘Perjalanan ke toko perkakas yang pertama bersama Ayah’ kurasa yang dikatakannya padaku.” dia tersenyum.
“Apa Ayah mempermasalahkan saat pertama kalinya mengajak Yoyok ke toko perkakas?”
“Aku tak ingat,” aku berkata dengan garing.
Mirna mendekat padaku, dan menaruh tangannya melingkari leherku. “Ini kesempatan Ayah. Kalau Ayah mau… aku nggak menolak.”

Mirna memandangku tepat di mata dan mengangkat tubuhnya dan menciumku lama dan liar. Aku ingin mendorongnya, tapi aku tak tahu dimana aku harus menaruh tanganku. Aku tak mau menyentuh pinggang telanjang itu, dan jika aku menaruh tanganku di dadanya aku pasti akan menyentuh puting susunya. Saat aku masih terkejut dan bingung, aku temukan diriku menikmati ciumannya. Ini sudah terlalu lama, dan aku merasa telah lupa akan rasa lapar yang mulai tumbuh dalam diriku.
Akhirnya aku menghentikan ciuman itu dan mundur dan melepaskan tangannya dari leherku. “Kita tak bisa melakukannya.” aku mencoba menyampaikannya dengan lembut, tapi aku takut itu kedengaran seperti rajukan.

“Ya kita bisa.” Mirna kembali menaruh lengannya di leherku dan mendorong bibirku ke arahnya. Ada gairah yang lebih lagi dalam ciuman kali ini, dan akhirnya penerimaanku. Kali ini saat kami berhenti, ada sedikit kekurangan udara diantara kami berdua, dan aku semakin merasa sedikit bimbang.
Mirna memandangku dengan binar di matanya dan sebuah senyuman di bibirnya. “Ayah menginginkanku. Aku bisa merasakannya. Ayah tak mendapatkan wanita setahun belakangan ini, dan Ayah tak mempunyai tempat untuk melampiaskannya. Dan aku menginginkan Ayah. Jadi tunggu apa lagi…”

Pada sisi ini aku tak mampu berkomentar. Aku menginginkannya. Tapi aku tak dapat meniduri menantuku, bisakah aku? Tapi aku menginginkan dia. Aku merasa pertahananku melemah, dan saat Mirna menciumku lagi, aku jadi sedikit terkejut saat menyadari diriku membalas ciumannya dengan rakus.
“Mmmmm. Itu lebih baik,” katanya saat kami berhenti untuk mengambil nafas. Mirna menarik tangannya dari leherku dan mulai melepaskan kancing celanaku saat menciumku kembali lalu dia mundur. Jadi dia bisa melihat saat dia melepaskan kancing jeansku, menurunkan resletingnya, dan merogoh ke dalam untuk mengeluarkan barangku. Aku terkejut saat terlihat jadi tampak lebih besar di genggaman tangannya yang kecil. Setahun sudah tak disentuh oleh wanita , dan bereaksi dengan cepat, menjadi keras dan cairan pre-cumnya keluar saat dia mengocoknya dengan lembut.

Mirna mundur dan duduk. Saat kepalanya turun, dia menempatkan bibirnya di pangkal penisku yang basah. “Aku rasa aku menyukai bentuknya,” bisiknya sambil menatap mataku. Lalu kemudian dia membuka mulutnya dan dengan perlahan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ke dalam dan lebih dalam lagi penisku masuk dalam mulutnya yang lembut, hangat dan basah, dan aku merasa berada di dalam vagina yang basah dan kenyal saat lidahnya menari di penisku. Akhirnya aku merasa telah berada sedalam yang ku mampu, bibirnya menyentuh rambut kemaluanku dan kepala penisku berada entah di mana jauh di tenggorokannya. Penisku tanpa terasa mengejang, dan pinggangku bergerak berlawanan arah dengannya, dan bersiap untuk menyetubuhi wajahnya.

Tapi Mirna perlahan menjauhkan mulutnya dariku, menimbulkan suara seperti sedang mengemut permen. Saat dia bangkit untuk menciumku lagi, aku mengarahkan tanganku diantara pahanya. Aku gosok jeansnya dan dia menggeliat karenanya. “Mmmm, itu pasti nikmat,” katanya. “Tapi biar aku membuatnya jadi lebih mudah.”

Mirna melepaskan kancing celananya dan menurunkan resletingnya, memperlihatkan celana dalam katunnya yang bergambar beruang kecil. Diturunkannya celananya dan melepaskannya dari tubuhnya. Kami melihat ke bawah pada area gelap dibawah sana dimana kewanitaannya bersembunyi, dan kemudian aku sentuh perutnya yang kencang dan terus menurunkan celana dalamnya.
Mirna mengerang dalam kenikmatan saat tanganku mencapai sasarannya dibalik celana dalamnya. Vaginanya serasa selembut pantat bayi, dan aku sadar kalau dia pasti telah mencukurnya sebelum kemari. Terasa basah dan licin oleh cairan kewanitaannya dan membuatku kagum karena itu tak menimbulkan bekas basah di luar jeansnya. Saat tanganku menyelinap dibalik bibir vaginanya dan menyentuh klitorisnya yang mengeras, dia memejamkan matanya dan menekan berlawanan arah dengan jariku.

Mirna menaruh salah satu tangannya di leherku dan mendorong kami untuk sebuah ciuman intensif berikutnya sedangkan tangannya yang lain mengocok penisku dan tanganku terus bergerak dalam lubang basahnya. Saat kami berhenti untuk bernafas, Mirna mundur dan mengatakan sesuatu yang mengejutkan, “Yoyok datang.”

Aku segera melepasnya dan menuju jendela. Ya, mobil Yoyok terlihat di jalan sedang menuju kemari. Mirna pasti melihatnya dari balik bahuku saat kami saling mencumbui leher. Tiba-tiba perasaan bersalah datang menerkam karena hampir saja ketahuan. Aku tak percaya apa yang hampir saja kami lakukan. Dengan tergesa-gesa aku kenakan kemabali celanaku, tapi Mirna menghentikanku dan menangkap tanganku dan melanjutkan kocokannya.

“Hei, tidak boleh. Tak semudah itu Ayah boleh mengakhirinya. Aku telah menunggu terlalu lama untuk ini.”
“Tapi Yoyok hampir datang! Dia akan melihat kita!”
Mirna mengeluarkan penisku dan berjalan ke arah meja dapur. “Ini perjanjiannya,” katanya. “Aku tak akan mengadu pada Yoyok tentang apa yang baru saja kita lakukan kalau Ayah dapat dapat mengeluarkan seluruh sperma Ayah dalam vaginaku sebelum dia sampai kemari.” Sambil berkata begitu, dia menurunkan celananya hingga lutut dan membungkuk di meja itu.
“Dia segera datang!” hampir saja aku teriak.

“Tidak.” Mirna membentangkan kakinya sejauh celananya memungkinkan untuk itu dan dia memandangku lewat bahunya. “Dia harus menggendong bayi dan mengeluarkan semua barangnya. Biasanya dia memerlukan beberapa menit. Sekarang kemarilah dan setubuhi aku.”
Mirna telah telanjang dari pinggang hingga kaki, dan dia memohon padaku agar segera memasukkan diriku dalam tubuhnya. Aku menatap dua lubang yang mengundang itu. Pantatnya begitu kencang dan aku tak terusik saat melihat lubang anusnya yang berkerut kemerahan, dan di bawahnya, bibir vaginanya yang merah, terlihat mengkilap basah. Kakinya tak sejenjang model, tapi lebih kecil dan terasa pas, dan aku membayangkan bercinta dengannya beberapa jam.

Tangannya bergerak kebelakang diantara pahanya dan menempatkan tangannya pada vaginanya. Dengan dua jarinya dilebarkannya bibir vaginanya hingga terbuka, dan aku dapat melihat lubang merah mudanya mengundang penisku agar segera masuk. “Ayo,” katanya. “Ambil aku.”
Aku tak tahu apa dia sedang bercanda saat mengatakannya. Yoyok atau bukan, rangsangan ini lebih dari cukup untuk mereguk birahinya. Aku melangkah ke belakang menantuku dan menempatkan penisku di kewanitaannya. Saat aku mendorong penisku melewati lubang surganya yang sempit, aku dapat merasakan jari Mirna menahan bibir madunya agar tetap terbuka, dan dia melenguh saat aku memegang pinggangnya dan memasukkan diriku padanya.

Mirna telah sangat basah hingga aku dengan mudah melewati vagina mudanya yang sempit. Aku mulai mengayunkan barangku di dalamnya, sebagian didorong oleh nafsu akan tubuh menggairahkannya dan sebagian oleh rasa takut jika Yoyok memergoki kami. Mirna mengerang, dan aku dapat merasakan jarinya menggosok kelentit dan bibir vaginanya sendiri. Nafasnya mulai tersengal, dan setelah beberapa goyangan dariku, dia segera orgasme. Suara rengekan pelan keluar dari bibirnya saat dia mencengkeram pinggiran meja dengan kuat, dan letupan orgasmenya menggoncang kami berdua saat aku menghentaknya.

Itu cukup untuk menghantarku. Aku tak berhubungan dengan wanita dalam setahun ini, dan aku belum pernah mendapatkan yang sepanas Mirna. Aku menahan nafas dan mendorong seluruh kelaki-lakianku ke dalam dirinya. Kami mematung, dan kemudian spermaku menyemprot dengan hebat jauh di dalam surganya. Serasa aku telah mengguyurnya dengan sperma yang panas dan berlebih. Dia mengerang dalam nikmat, menggetarkan pantatnya di seputar penisku saat aku mengosongkan persediaan benihku. Dia melemah seiring dengan habisnya spermaku, dan kami akhirnya berhenti bergerak, kecuali untuk mengambil nafas.

Takut Yoyok akan datang sebelum kami sempat melepaskan diri, aku keluarkan diriku dari tubuhnya dengan bunyi plop yang basah, lalu mundur menjauh dan mengenakan celanaku. Mirna masih tetap berbaring tertelungkup di atas meja merasakan kehangatan campuran cairan birahi kami, pantat telanjangnya masih tetap memanggilku. Aku lihat spermaku dan cairannya mulai meleleh keluar dari bibir surganya. Aku palingkan muka dan melihat Yoyok hampir sampai di pintu belakang, bayi di tangan yang satu dan belanjaan di tangan lainnya.
Aku berbalik dan memohon pada Mirna. ” Ayolah!” kataku. “Kamu telah dapatkan keinginanmu. Dia hampir sampai kemari.”

Mirna bangkit, tatapan matanya masih kelihatan linglung. Dia bergerak ke depanku, menjadikanku sebagai penghalang dari pandangan suaminya saat dia dengan tergesa-gesa memakai celananya.
“Apa kalian sudah siap untuk pertandingannya?” tanya Yoyok sambil membuka pintu.
“Ya,” aku menjawab dari balik punggungku saat aku diam untuk menghalangi Mirna yang menaikkan resletingnya. Setelah dia selesai, aku segera berbalik untuk menyambut Yoyok.

“Ini,” katanya, menyodorkan bayinya padaku dan meletakkan belanjaannya diatas meja dapur.
“Urus ini, aku akan mengambil popok bayi.” Yoyok melangkah ke pintu yang masih terbuka, dan aku menghampiri Mirna. Dia masih terlihat sedikit linglung.
“Hampir saja,” kataku.


“Sini, biar aku yang menggendongnya.”
Aku berikan bayinya. Mirna memberiku pemandangan seraut wajah dari seorang wanita yang puas sehabis bersetubuh, dan memberiku ciuman hangat yang basah.
“Masih ada satu hal lagi yang harus kuketahui,”katanya.
“Apa itu?”
A?a,?A"Kalau aku ingin, bisakah aku mendapatkannya besok?”
Dan dia melenggang begitu saja tanpa menunggu jawabanku yang hanya melongo bengong. Dia yakin kalau akan bersedia…



Untuk  Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :


Posted By : 233bet.com

Agen Casino Online - Cerita Sex Dewasa Dengan Dukun Cabul

Agen Casino Online - Cerita Sex Dewasa Dengan Dukun Cabul“Dina, ku dengar, di daerah dusun luar kota ada orang pinter yang hebat lho, kamu coba aja ke sana, mungkin dia bisa bantu” begitu kata Cintami teman kantorku. Aku menatapnya dan berkata “Dan sekarang ini udah zaman komputer, masa sih kamu nyuruh aku percaya, sama dukun?” kataku dengan arogan. “Lha kan, apa salahnya di coba, apa kamu mau sendirian terus, Ki Bayu itu dukun hebat, sudah banyak yang berhasil” kata Cintami lagi.


Agen Casino Online  - Akupun diam, pikiranku menerawang jauh, memang aku tak penah mau jadi perawan tua, umurku sudah 30 tahun, tapi tak ada seorang cowokpun yang tertarik padaku. Padahal, aku tidak jelek. wajahku cantik, kulitku putih. Latar belakang pendidikanku juga tidak jelek, dengan S1 ekonomi. Aku juga dari keluarga baik baik, dengan ekonomi cukup mapan.


“E...e...eh koq melamun sih” kata Cintami lagi. “ah engak koq, aku lagi mikirin, kerjaan, besok bos mau meeting” kataku asal jawab. “ah, kamu, kerjaan mulu, kamu mesti pikirin juga diri mu dong, lihat ku, umur ku lebih mudah dari mu, anak ku udah dua, kapan kamu mau punya anak, Dina, Dina…” kata Cintami yang terus nyerocos kaya senapan mesin.

Aku masih diam, mendengar nasehat teman baikku ini. “udah deh, kamu coba konsultasi ama Ki Bayu, nih alamatnya” kata Cintami lalu menyebutkan alamat Ki Bayu. Aku pura pura, acuh, tapi otakku mengingat seluruh ucapannya.

“Dina, kalau mau, ku akan temanin kamu pergi ke sana” kata Cintami lagi. “udah deh, Cintami, ku gak percaya ama gitu gituan” , kataku. Cintami menghela nafas, “yah, sudah deh, tapi kalau kamu berubah pikiran kamu bilang aja yah.

Saat itu, lewat Andika, Teman kantorku juga, dia menjabat kepala mekanik. Dia seusia dengan ku, dia juga lajang dan wajahnya tampan. Aku sudah berkali kali menarik perhatiannya, tapi dia tampaknya acuh padaku. “Hai, Cintami, gimana kabarnya anak mu ” katanya menyapa Cintami. “he he baik baik, anak kamu gimana” kata Cintami. “baik juga “jawab Andika bercanda.
Andika berlalu, begitu saja di depanku, seakan akan aku tak ada di situ. Ada rasa kesal di hatiku. Memang benar kata Cintami, aku harus mencoba, kesaktian Ki Bayu, tapi aku terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Hari jum’at, malamnya sepulang dari kantor aku melarikan mobilku, memasuki jalan tol dan melaju kencang. Sambil mendengarkan lagu lagu romantis, mobilku melaju cepat. Sampai bertemu pintu keluar, yand di sebutkan Cintami.

Mobilku terus berjalan, dan jalan di perkampungan itu agak rusak. Jalan tak beraspal, penuh debu, dan kerikil. Aku sampai tersesar, dan bertanya tanya orang. Sampai orang terakhir “pak, numpang tanya, rumah Ki Bayu di mana yah?”.
“Oh, Ki Bayu dukun sakti itu yah” katanya. Aku mengangguk, wah mungkin Ki Bayu ini benar benar sakti pikirKu. “itu, ibu lurus saja, nanti lihat rumah catnya hijau putih, nah itu rumahnya” kata orang itu.
Setelah mengucapakan terima kasih mobilku terus melaju pelan, sampai bertemu rumah berciri sama dengan yang di ucapkan orang itu. Aku memarkirkan mobilKu. Memasuki terus rumah, itu dan mengetuk pintu.

“yah, ada apa bu” kata seorang lelaki muda,berumur tak lebih dari 17 tahun. “anu .....dik, Ki Bayu ada?” tanyaKu. “oh, ada tunggu yah, silakan duduk dulu, saya panggilkan bapak” kata anak muda itu, sambil mempersilakan saya duduk.

Mataku melihat sekeliling ruang tamu itu, rumah itu tergolong mewah untuk ukuran kampung. Tak lama munculah lelaki tua berumur sekitar 60 tahunan. Tubuhnya masih tampak kuat. Hanya rambutnya sebagian sudah memutih. Kulitnya hitam legam.
Wajah orang itu agak menyeramkan, lebih cocok menjadi preman di banding dukun. Jari jari yang besar, di penuhi oleh cin-cin dengan batu berwarna warni. “selamat malam, ada yang bisa saya bantu” katanya. Aku masih agak shock melihat penampilan dirinya. “eh, anu pak.. anu “katku terbata. Ki Bayu tersenyum.

Anak muda itu kembali keluar dengan membawa, segelas air “silakan bu” katanya. Aku melihat anak muda. “ini anak saya,” kata Ki Bayu. Anak itu segera masuk kembali. Aku melihat perbedaan yang nyata, anak itu ganteng, dan kulitnya putih, koq bapaknya seperti ini yah pikirku.
Setelah berbasi basi, dan tampaknya Ki Bayu jauh lebih ramah, di banding penampilannya, Aku lalu mengutarakan maksud kedatanganKu. “oh, masalah itu, itu masalah muda, aya kita ke kamar praktekku” kata Ki Bayu.

Aku mengikuti dia, masuk ke sebuah kamar, berukuran cukup luas. Ki Bayu duduk bersila di hadapannya ada meja, yang di atasnya terletak baskom berisi bunga bungaan. Ada anglo, dengan arang yang membara, Ada kasur, dengan alas putih di situ serta beberapa keris dan berbagai pernak pernik perdukunan, yang terlihat berbau mistik.
Tangan Ki Bayu mengambil menyan, segemgam menyan itu di taruh di atas arang yang membara, asap mengepul dengan bau menyegat, memenuhi ruang itu. Kepalaku tersa berkunang, kunang. Dan mulut Ki Bayu berkomat kamit.

“Hmmm kalau dilihat jodoh kamu ada, cuma tertutup, sinar aura kamu gelap” kata Ki Bayu. Aku hanya mengangguk. “Kalau kamu mau Aku bisa menolong kamu, dan aku jamin berhasil” kata Ki Bayu lagi. Aku tersenyum “saya mau Ki, tolong saya”.

“Baik, sekarang, lepaskan baju kamu” kata Ki Bayu. Aku kaget mendengar kata kata Ki Bayu. Naluriku langsung berkata tidak, tapi tanganku mulai mengangkat kaos T-shirtKu. Dan aku perlahan membuka celana jeanku. Kini aku berdiri dengan hanya memakai Bra dan celana dalam saja. Mata Ki Bayu menatap liar tubuhKu Dia menghapiriku. Mulutnya berkomat kamit, tangannya bergerak gerak, aneh sepeti menari di depanKu.

“coba, lepas BH kamu “perintah Ki Bayu. Saat itu tanganku segera melepas kait BH kream Ku tanpa berpikir. Mata Ki Bayu, seperti melahap buah dadaku yang mengantung terbuka. Tangannya segera meraba buah dadaKu. Mulutnya masih terus berkomat kamit, dengan bahasa yang sama sekali aku tak mengerti.

Yang saat ini Aku rasakan ada desakan kuat di rahimKu. Aku merasa vaginaKu mulai berreaksi, aku terangsang. Tangan tangan Ki Bayu terus meraba raba buah dadaKu. Dia meremas, dan memainkan putting susuku. Putting susuku pun menerima perlakuan ini dan agak menegang.
Dan tiba tiba, jarinya menekan selangkangan celana dalamKu. “aghhhh “jeritku. Aku makin terhanyut, dalam birahi yang di berikan Ki Bayu.
Ki Bayu kemudian membaringkan ku di kasur, di ruang itu. Aku benar bena rke hilangan pikiran jernihku, Entah kenapa aku menurut saja. “sekarangkan, kamu bayangkan lelaki yang kau inginkan” kata Ki Bayu.
Setelah berbaring, Ki Bayu dengan nafsu sekali melumat bibirku. Dia menciumku dengan penuh nafsu. Lidahnya juga terus berusaha mesuk ke mulutku. Berputar di sana, menyentuh langit langit mulutKu. Mengelitik, dan memberiku rangsangan yang hebat.
Lidahnya juga menjilati leher, kuping dan pipiku. Ada rasa jijik, tapi Aku tak bisa menolak, Aku hanya memejamkan mata, membayangkan kalau Andika yang melakuan ini semua pada diriku.
Lidah lidah Ki Bayu terus turun hingga ke buah dadaKu. menjilati putting susuKu yang makin mengeras, dan menyedotnya dengan lembut, membuat aku makin terlena. Vaginaku rasanya terus berdenyut, dan lendir nafsuku mengalir deras membasahi celana dalam creamku.
Sambil terus menyusu di tetekku, Ki Bayu juga memainkan selangkangan celana dalamKu. Aku menjadi begitu hot. “asss, ohh Ki, Ki Bayu, saya tak tahan Ki” kataKu.
Aku benar benar terangsang, seumur hidupku, aku baru kali ini merasakan, hal ini. Memang terkadang aku melakuan masturbasi, kalau birahiku meninggi, tapi rasanya tak seperti ini. Rasa nikmat ini benar benar membuatku gila.

Dan Ki Bayu terus saja, memainkan buah dadaKU, dan selangkangan celana dalamKu. Pemainannya ini terus membawaku ke puncak kenikmatanKu. Aku benar benar tak tahan lagi, Aku menjerit penuh kenikmatan, tubuhku bergetar hebat. “Ki Bayu, ahh saya tak tahan …”.
Ki Bayu diam sebentar, menatap tubuhku yang mengelijang, menikmati orgasmeku. Kemudian, yang kulihat, Ki Bayu sudah berbugil ria. Tongkat saktinya bergatung bebas, membuatku bergidik. Penisnya besar dan hitam. “ayo, buka mulut kamu” katanya sambil mendekatkan penisnya ke wajahKu.
Aku seperti di sirep, mulutku terbuka lebar, dan penis itu bermain di dalam mulutku. Ki Bayu, memegang kepalaKu, membelai rambutku yang hitam, dan sebahu, yang selalu aku rawat dengan baik.
Penisnya terus begerak dalam mulutku. Entah kenapa, aku sangat menikmatinya. Tanpa di suruh, aku melakukan gerak seperti di filem filem porno. Ki Bayu juga sangat menikmatinya. Dia mengeram, kenikmatan.
Penisnya terus bergerak maju dan mundur, Aku sediri, dengan nasfu menyedot nyedot kepala penisnya. “ohhh … “dan sperma Ki Bayu memenuhi mulutku. “cepat, telan p-e-j-u Ku, jangan di buang, itu obat” kata Ki Bayu.
Aku menelan spermanya, yang berbau anyir, dan membuatku ingin muntah.
Ki Bayu lalu dengan tenangnya melepas celana dalamku, melebarkan kakiKu, menatap liar pangkal pahaku. Bukit kemaluanku yang berbulu, itu jadi santapan matanya. Jarinya kemudian, bergerak memaikan klitorisku. Aku kembali mendesah. Rasa gatel dan nikmat, kembali menyerang klitorisKu.
Sementara itu dia juga memainkan batang penisnya yang sudah mulai membesar kembali
Dan penis itu mulai mendekat ke vaginaKu. Hatiku menjerit, menolak perlakuan itu. Tapi tubuhku bagai patung, diam saja, tak protes. Perlahan ujung penisnya mulai membuka liang vaginaku yang perawan itu.

Lendir lendir nikmat yang membasahi liang vaginaku memudahkan usahanya. Penis itu bergerak masuk, membuatKu merasa pedih. Dan terus mendesak masuk “sakit, sakit”. Jeritku pelan.
Tanpa peduli, Ki Bayu merobek selaput darahKu. Dia terus bergerak, maju dan mundur Penis besarnya mengisi ruang ruang dalam liang sagamaKu. Rasa perih dan sakit mendera vaginaKu. Aku mengigit bibirku menahan sakit di vaginaKu.

Tanpa peduli dengan keadaanku yang mengerang kesakitan Ki Bayu terus mengoyang tubuhKu. Sebentar kemudian dia mencabut penisnya tubuhku di baliknya, pinggulku di angkatnya Dari belakang, penis itu memasuki tubuhKu. Dan Aku merakan sakit kembali mendera vaginaKu.
Dengan posisi ini aku merasakan penis Ki Bayu makin besar. Melesak dalam liang vaginaku, bergerak keluar masuk dengan cepat.

Ki Bayu dengan penuh nafsu terus merodok vaginaKu. Dia mendengus seperti banteng yang siap menanduk mangsanya. Turus begerak, membuat tubuhku makin mengerang
Hampir 15 menit kemudian, setelah peluh membasahi tubuhnya Ki Bayu mengerang. Aku merasakan cairan spermanya tumpah ruah dalam rahimku.
Aku tersungkur, terberaing tengkurap di kasur itu. Aku lemas sekali. Di sprei berwarna putih tampak jelas, noda merah, darah perawanku. Air mataku menitik, bathinku menganggis. Kesucianku yang ku jaga selama ini telah di renggut dukun cabul ini.
Ki Bayu berjalan ke mejanya. dia mengambil segelas air, dia berkomat kamit. “nih, minum air ini, habiskan” katanya. Aku meminum air itu, dan setelah itu, tenagaku seperti pulih kembali. Aku segera berpakaian kembali. Dan segera pergi dari tempat itu tanpa permisi.
makin mobilku menjauh dari rumah Ki Bayu, aku makin sadar. Dan Aku kembali menangis di mobilku, Aku telah menjadi korban penipuan dukun cabul.
Setibanya di rumah, aku membuka seluruh pakaianku, dan di selangkangan celana dalamku terdapat noda darah, kembali air mataku menitik. Aku segera membasuh tubuh membersihkan dari kotoran Ki Bayu. Malam itu aku tidur dengan mata sembab. Aku tertidur karena ke lelahan.
Di kantor esok harinya, aku seperti tak bergairah. Aku tak bisa bekerja dengan baik. “tok tok tok, pintu ruang kAndikar di ketuk seseorang. “yah, masuk aja “jawab Ku.

“Maaf Dina, eh bu Dina, saya mau lihat laporan pembelian, spare pert mesin,yang bulan lalu?” kata Andika. Aku menatapnya, tak biasanya dia minta laporan pembelian. Karena memang bukan tugas dia. Tapi aku langsung mengangguk, dan mencari file pembelian.
“Oh ...ini pak Andika” kataKu sambil mememberikan file itu padanya. Dia menatapku, aku merasakan kehangatan dari bola matanya. “Terima kasih Bu Dina.” dia menerima file itu, lalu berjalan ke pintu. Dia berhenti sebentar, membalikan badannya lagi “eh maaf Bu Dina, apa eh.. maksud saya” katanya agak gugup.

“ada apa pak Andika, koq kayak bingung” kataku. “eh, anu, saya ada undangan pesta pernikahan teman saya, maksud saya, apa Bu Dina ada acara entar malam, apa boleh saya ajak Bu Dina ke pesta teman saya itu” katanya.
Jantung saya berdebar, kata katanya seperti lamaran buat saya, saya tersenyum, “ah Pak Andika, saya entar malam gak ada acara” kataKu dengan perasaan berbunga bunga.
“Jadi, Bu Dina, bersedia menemani saya ke pesta itu?” tanya Andika lagi. Aku menganggukan kepala. “terima kasih Bu Dina, nanti malam saya jemput yah” katanya yang tampaknya juga gembira sekali.
Saat itu aku termenung, apa semua ini, dari Ki Bayu. Apa dia benar benar begitu sakti.
Jam 5.00 sore aku sudah tiba di rumah. Begitu di kamar, aku melepas seluruh pakaianku, bercermin menatap bayang bayang tubuhku di cermin. Aku mengagumi sendiri bentuk indah tubuhKu.
Hpku berbunyi tepat pukul 5.30. Aku menerima Hp itu, dari Andika. “Bu Dina, apa sudah siap, saya sedang menuju ke sana”. “oh sudah sudah siap “jawabku, dan segera masuk ke kamar mandi, begitu pembicaraan selesai.
Tepat jam 7.00 mobil BMW Andika telah ada di depan rumahKu, aku masuk ke dalam mobilnya. Aku tersenyum dan dia juga tersenyum. Mobilnya pun berjalan pelan. Dia banyak berbicara padaKu. “Dina, apa kamu sudah punya pacar ? “tanya Andika tiba tiba
Aku mengeleng “belum, saya belum punya pacar” kataKu. Andika tersenyum, lalu berkata “Dina, kita sama sama telah berumur, kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita berpacaran saja” kata Andika.
Hatiku dag dig dug, rasa senang, melanda diriku, saat itu juga aku resmi menjadi pacarAndika. Rupa undangan pernikahan itu cuma pura pura, Andika memang ingin mengajakku keluar, untuk menyatakan cintanya.
Kini di kAndikar hari hariku lebih ceria. Tiga bulan sudah kita melewati masa pacaran yang penuh kebahagian. Saat malam minggu Andika mengajakku menginap di Villanya di puncak. Aku tak keberatan, toh Andika sudah meminangku, dan orang tuaku setuju sekali. Kita tinggal menunggu hari untuk melangsungkan pesta pernikanan kita.

Di Villa itu, rasa dingin menyelimuti ku. Andika memelukku erat, memberiku rasa hangat. Bibir kami menempel erat, seakan tak bisa lepas. Tangan Andika pun mulai menjamah buah dadaKu. Aku mulai merasakan kenikmatan dari calon suamiku.
Tangan Andika terus menyusup di balik bujuku, dan memainkan punting susuKu. Saat itu kepalaku rasanya pusing, dan tiba tiba terbayang Ki Bayu. Saat itu diriku menjadi tak enak. Birahi agak menurun. Aku tak suci lagi, bagaimana jika Andika tak bisa menerima diriku.
Andika terus saja menstimulasi tubuhKu. Bajuku dilepasnya, dan kini aku sudah hampir bugil total. Andika terus menjilati buah dadaKu. Rasa birahi perlahan bangkit kembali Andika pun mulai membuka celana dalamku.

Dia sendiri membuka celananya. Aku menatap penisnya yang jauh lebih kecil dari milik Ki Bayu. Dia mendekat, dan membuka lebar kakiKu. Dia mau melakukan penetrasi. “Andika, apa tidak kita tunggu sampai menikah nanti” kataKu. Sambil mencium keningku Andika berkata “sayang, sejak aku menyatakan cintaku, aku sudah menganggap kamu istri saya sayang”.
Tiba tiba penis itu telah masuk, aku pura pura menjerit “aduh, sakit sekali Andika”. Padahal Aku tidak merasakan apa apa, aku merasa hambar. Andika terus bergoyang, dengan nafsu, penisnya bergerak dengan cepat keluar masuk.
Aku pun terus mendesah, walaupun tak merasakan apa apa. Andika terus mengoyang tubuhku. Udara dingin pegunungan itu, tak mampu membendung peluh yang membasahi tubuhnya. Andika mengeram, dan dia melepas spermanya.
“Oh, sayang aku sangat menikmatinya” katanya sambil menciumi bibirku dengan mesra. Setelah itu Andika terbaring kelelahan, tak lama dia tertidur.
Aku termenung di toilet, aku heran aku tak merasakan apa apa, ada nafsu, vaginaku berlendir, tapi aku tak bisa merasakan penis Andika. Vagina seperti mati rasa. Apa yang terjadi dengan diriku. Saat itu bayang bayang Ki Bayu membayangi diriku lagi.
Aku hanya berharap, aku terlalu tegang karena sudah tak suci lagi.
Esoknya pagi pagi Andika telah bangun. Dia mencium keningku,” selamat pagi Dina sayang”. Aku pun tersenyum. Dan Andika sama sekali tak menanyakan soal keperawanan ku. Ini membuatku menjadi tenang.
Setelah itu, Andika kembali mencumbuku. Kini dengan tanpa beban, Aku bisa terangsang dan menikmati setiap sentuhannya. Tapi tetap saja aku tak bisa merasakan penis Andika. Sama sekali mati rasa, seakan akan, penis Andika tak ada. Dan bayang bayang Ki Bayu selalu menghapiriku. Ini membuatku sangat menderita. Andika membuat birahi yang memuncak, tapi tak terselesaikan.
Aku tak bisa membicarakan hal ini dengan Andika. Aku hanya bisa berpura pura menikmati permainannya.

Hari itu, aku sudah berencana, ingin menanyakan masalah ini pada Ki Bayu. Sepulang dari kAndikar kembali aku memacu mobilku ke tempat Ki Bayu. Menyusuri jalan jalan berdebu, sampai tiba di rumah Ki Bayu.
“Lho......ada masalah apalagi, neng, apa ilmuku tak berhasil ? “tanya Ki Bayu. Aku mengutarakan kondisiku. Ki Bayu mengajak Aku ke kamarnya lagi.
Kembali kepala pening karena asap menyan yang mengepul. “sini, biar saya periksa” kata Ki Bayu. Sambil membuka bajuku juga bra Ku. Dia melihat buah dadaKu “hmm, kilihatannya normal aja”. Kemudian dia juga membuka celanaKu berikut celana dalamnya.
Sambil duduk, tangan Ki Bayu, membuka belahan vaginaKu. “Hmm, normal aja” katanya berguman. Lalu lidahnya menjulur, dan klitorisku menjadi sasarannya. nafsuku tiba tiba menjadi tinggi. “oahhh Ki, ada apa dengan kemaluan saya “desahKu.
Lidah Ki Bayu terus merangsang syaraf syaraf sensitif di vaginaKu. Lendir kenikmatanku mengalir deras. “oh Ki, enak sekali, terus Ki, enak sekali “desahku. Aku benar benar merasa gatel di klitorisku. Setelah bermain tak terpuaskan dengan Andika, sekarang aku benar-benar merasakan nikmat.
Lidah Ki Bayu aktif sekali, dan tubuhku bergetar, menerima rangsangannya. Rangsangan yang tidak ku dapati dari Andika. Sebentar saja, tubuhku bergetar hebat. Aku kejang kejang, Aku tenggelam dalam kenikmatan Ki Bayu.
Setelah membiarkan aku sebentar, kembali tangan Ki Bayu meraba raba bagian dadaKu. Putting susuku juga tak luput menerima sensasi nikmat Ki Bayu. Birahi perlahan naik lagi. Dan tanganku juga meraba raba selangkannya. “Ki, saya mau ini” kataKu.
Ki Bayu mengeluarkan senjatanya, dan membiarkan Aku memainkannya. Tanganku seperti gemas sekali, mengocok ngocok penis besar Ki Bayu. Sampai Aku merasakan gatel di Klitorisku, dan Aku memintanya “Ki, ayo masukin aja, aku udah gak tahan “pintaku.
Dan Ki Bayu membalikan tubuhKu. Aku tahu dia ingin memasukannya dari belakang aku langsung menungging. Aku mendesah, ketika ujung penisnya menyentuh klitoriKu Ki Bayu dengan lembut mengesek ujung penisnya di Klitorisku. Aku mendesah “ohh Ki, udah gak tahan, masukin aja..” pintaku merengek.

Pelahan Ki Bayu mendorong masuk penisnya. Aku merasakannya, tiap tiap centi, daging itu menerobos masuk ke kemaluanku. Aku mengerang nikmat, begitu juga Ki Bayu, merasakan jepitan erat vaginaku. Tubuhnya bergerak, seiring penisnya keluar masuk vaginaku.
Aku benar benar merasakan nikmat bersetubuh, dengan seorang pria. Sebentar saja tubuhku kembali bergetar hebat. Aku menerima puncak kenikmat itu dari Ki Bayu.
Tahu, aku tengah menikmati orgasmeKu, Ki Bayu diam sesaat, lalu mulai bergerak dengan lembut. perlahan menaikan kembali birahi. dan turus mengocok dengan cepat.
Membawaku ke puncak nikmatku lagi.
Tiga kali aku di buatnya orgasme, sampai dia pun mengerang, menikmati orgasmenya di vaginaKu. Tubuhku pun menjadi lemas.
Setelah, aku berpakaian, dan merapikan pakaiaanKu. Aku kembali menanyakan masalahKu. Ki Bayu membelai rambutku, “Sudahlah, saya akan coba, membantu kamu”.
Dalam perjalan pulang, mobilku berjalan lambat. Aku berpikir, kenapa aku begitu suka permainan sex Ki Bayu. Aku sepertinya ke tagihan oleh permainannya. Aku seperti ingin membatalkan pernikahanku dengan Andika. Dari pada menikah, tapi bathinku tersiksa, lebih baik aku sendiri pikirKu.
Hari pernikahanku akhirnya tiba juga. Dimana Aku dan Andika menjadi raja dan ratu sehari. Andika pun telah menyediakan tempat bernaung untuk ku. Sebuah rumah yang cantik di perumahan yang cukup elit.
Dan Pesta perkawinanku juga tergolong mewah, dengan di hadir lebih dari seribu orang, kerabat ku dan Andika, serta orang tua kami.
Malam harinya, Aku bercinta dengan Andika secara resmi. Sama seperti sebelumnya, vaginaKu mati rasa. Aku terangsang, menikmati cumbuan suamiku, tapi ketika nafsuku sudah tinggi, sewaktu Andika melakukan penetrasi, aku tak merasakan apa apa. Tidak ada rasa sakit dan tidak ada rasa nikmat. Sangat berbeda dengan Ki Bayu.
Setelah Andika ejakulasi, dan Aku belum apa apa, Aku berbaring saja. Hatiku gembira menerima sosok Andika sebagai suamiKu. Andika suami yang baik. Tapi Badanku menolak Andika. Badanku seperti milik Ki Bayu.
Di saat ini, sepertinya Aku ingin melarikan mobilku dengan kencang menuju rumah Ki Bayu, dan melampiaskan birahiku padanya.Malam pengantin ini membuat hatiku bahagia, tapi badanku menangis dan kecewa ,Entah apa yang akan terjadi besok.
Setelah melewati malam pengantin dengan kekecewaan, Aku makin merasa jemu dengan suamiku Andika. Di lain pihak aku juga merasa kasih sayang dia. Sebagai pengantin baru, Andika sangat memeperhatikan Aku.
Andika bahkan tidak mengizinkan Aku untuk berkantor lagi. “Mami, sekarang mami, di rumah saja, ngapain cape cape kerja,biar papi yang cari duit, mami mau berapa “begitu katanya. Teman teman ku mengatakan aku sangat beruntung bisa bersuamikan Andika.
Aku tak tahu, perasaanku dengan Andika, hambar. Hampir tiap malam aku bercinta dengan Andika. Tiap malam pula aku kecewa. Lebih baik jika Andika tidak mengajakku bercinta. Lebih baik kita tidur saja, itu pikirku dalam hati.

Tapi tidak, Andika mencumbuku, membuatku terangsang. Aku tak bisa menolak suamiku sendiri. Andika membuatku sangat terangsang dengan cumbuan cumbuan mesranya, tapi aku tak bisa terpuaskan, aku tak bisa orgasme. Berapa lama pun Andika mengoyang vaginaku dengan penisnya, tetap Aku tak merasakan apa apa. Seperti ada sesuatu yang menjaga vaginaku, menahan orgasmeku.
Ini membuat Aku kesal dengan Andika. Apa lagi setelah itu dia biasanya terlelap membawa kenikmatannya sendiri. Sedang Aku hanya bisa, termenung. Di saat seperti ini yang ada di bayangan sosok Ki Bayu, dengan penisnya.
Aku segera menghindar, Aku melakuan sesuatu, menonton televisi, atau apa saja. Aku tak mau memikirkan Ki Bayu, Aku milik suamiku, aku harus setia, itu yang selalu aku tanamkan dalam diriku.
Pagi itu, setelah sarapan suamiku sudah siap berangkat ke kantor. Dia mencium keningku, lalu dia meremas pantatku, sambil berbisik “Hmmm Mami apa semalam goyangan papi hebat gak?”. Aku tersenyum “hebat pi, hebat “jawabku. “entar malam papi goyang lagi yah” katanya. Aku hanya mengangguk, dalam hatiku lebih baik tidak usah bercinta.
Apa aku harus hidup dalam kepura puraan. Kenapa vaginaku tak bisa menerima penisnya. Kenapa mati rasa, kenapa. Ki Bayu, apa yang kau lakukan terhadap diriku ?
Setelah Aku mandi, Aku berencana akan ke Dokter Genekologi (ahli kebindanan ). Aku tak mau lagi ke Ki Bayu. Aku mau yang logic pikirku.
“Ya bu .....selamat siang, ada masalah apa “tanya Dokter itu. “begini dok, saya tak bisa merasakan penis suami saya” kata saya. Dokter itu tersenyum “maksud ibu, tak bisa terangsang ? “tanya Dokter itu lagi.
“bukan, saya terangsang, bahkan sangat terangsang, tapi waktu suami saya mulai, vagina saya mati rasa, tak merasakan penis suami saya..” kata saya. “tak merasakan penis.. hmmm hmm “Dokter itu berguman sendiri.
“kalau ibu menyentuh vagina ibu, apa ibu merasakannya ? “tanya Dokter itu lagi. Aku menatap Dokter itu, sepertinya dia tak percaya pada cerita saya, sepertinya saya mengada ada. “tentu saja, saya bisa merasakan jari saya Dokter” kata saya.

Dokter itu segera  mangut mangut “jadi ibu Dina bisa merasakan ibu jari saya di vagina ibu , tapi tak bisa merasakan penis suami ibu di vagina ibu”. Intonasi nya seperti mengejek. Aku menatap Dokter itu lagi, “saya ini sungguhan ada masalah Dokter, saya tidak bercanda”.
“Oh, maaf bukan begitu maksud saya bu, karena saya baru kali ini mendapat kasus seperti ini” kata Dokter itu. Aku diam. “Ok, begini, ibu silakan berbaring, saya coba periksa” kata Dokter itu kemudian.
Aku menurutinya, aku berbaring. “maaf Bu, saya harus memeriksa vagina Ibu” kata Dokter itu. Aku mengerti, aku melepas celana dalam ku. Dokter itu mulai memakai sarung tangan karetnya. Dia mulai memeriksa vaginaku.
Dia membuka bibir vaginaku, lalu jarinya di masukan ke memekku. Dan kemudian dia mencabut jarinya. “Ibu, bisa merasakan jari saya “tanya Dokter itu. “ya, bisa Dok” kataKu. “saya, rasa vagina ibu normal normal saja, mungkin ini hanya pskikologis saja, karena ibu kan pengantin baru” kata Dokter itu.
“Apa maksud Dokter saya stress” kata saya. “yah mungkin” kata Dokter itu. Aku benar benar tak puas atas jawaban Dokter ini. Dan aku melihat tubuh Dokter itu mengejang hebat . Kemudian dia bengong sebentar. “Dok, kenapa ?’ tanya saya keheranan melihat tingkahnya. “Oh tidak apa apa” katanya.
“Ok coba saya periksa sekali lagi, untuk lebih jelasnya” kata Dokter itu. Dia melepas sarung tangan karetnya. Lalu jarinya membuka bibir kemaluan saya. Jarinya memainkan klitoris saya. Sekarang saya merasakan sesuatu yang lain.
Jari jarinyapun terus memainkan klitoris saya, saya mengigit bibir saya, lendir saya mulai merembes keluar liang vagina saya. Dengan adanya lendir saya, jari jari itu lebih terasa, di klitorisku yang makin membesar. Bibir vaginaku juga terasa menebal akibat rangsangan nikmat yang di beri Dokter itu. Sensasi ini, seperti yang di berikan Ki Bayu.
makin lama diriku makin terhanyut, mataku terpejam, tanganku mencengkram pingir ranjang praktek dokter itu. “bagaimana, bu apa ibu, bisa merasakan nikmatnya” kata Dokter itu. “hmm, haa, hmm “hanya itu suara yang keluar dari mulutku.

Lidah Dokter itu juga menjilati vaginaku. Tubuhku mengeliat, kenikmatan, lendir yang keluar liang vaginaku makin menjadi. Tubuhku terus gemetar “ohh, Dokter saya merasakan, ahh, ahhh, nikmat.. saya tak tahan, ahhh”. Lidah Dokter itu terus mengaduk aduk vaginaku. Tubuhku segera mengeliat, dan akhirnya menegang kejang, Aku menerima orgasme yang aku rindukan selama ini. “Lihat, vagina anda normal saja kan” kata Dokter itu.
“Sekarang saya akan periksa t-e-t-ek  ibu yah” kata Dokter itu yang tanpa permisi membuka bajuku. Buah dadaku di remas remas, dan putting susuku di mainkan sesuka dia. Tubuhku mengelinjing, kenikmatan. Lidahnya juga menjilati putting susuku.
“Aahh, Dokter, saya jadi nafsu sekali, cepat isep pentil saya dong..” pintaku dengan tak malu malu. Dokter itu juga sangat bernafsu dengan tubuhku. Diapun menyedot putting susuku, dengan nafsu. Aku benar benar nikmat, dan mulutku terus mengerang ngerang, kenikmatan. Puas bermain dengan buah dadaku, Dokter itu menyodorkan penisnya ke mulutku. Penis yang sebesar penis suamiku itu aku kulum dengan nafsu. Aku menyedot nyedot, mengocok, dan terus membuat Dokter itu mengerang kenikmatan.
Doket itu terus mengocok penisnya di mulutku, maju mundur dengan cepat, sampai aku merasakan penis itu diam, dan mulutku penuh dengan spemarnya. Dia mencabut penisnya yang telah layu itu keluar dari mulutku. Dia berjalan, dan memegang kakiku, lalu membuka kakiku selebar mungkin. Wajahnya sepertinya berubah, Dokter itu menjadi sangar. Penisnya dengan begitu cepat telah menegang kembali.
Dan dia mulai melesakkan penisnya masuk ke vaginaku. Aku merasakan penisnya memenuhi relung relung di dalam vaginaku. Aku merasakan penisnya besar sekali. Padahal tadi jelas jelas, aku melihat penisnya hanya sebesar penis suamiku. Aku merasa nikmat yang luar biasa, aku mengerang. Aku mendesah, tubuhku terus mengeliat, pinggulku bergoyang, seirama desakkan penis Dokter itu. Aku terus mendesah. Tak lama tubuhku, menegang “ohhh gatel, aku keluarrr”.
Tanpa memberiku waktu, untuk menikmati orgasme, Dokter itu terus mengoyang tubuhku. Aku mengelijang dan ada  ngilu. Dan kemudian  dengan aktifnya penis Dokter itu yang terus mengesek dinding vaginaku, nafsu ku bangkit lagi.

Lima menit berikutnya aku mencapai puncak kenikmatan kembali. Hampir tiap lima menit rasanya tubuhku mengejang, merasakan puncak nikmatku. Entah berapa kali, aku berorgasme, sampai Dokter itu melepas spermanya di dalam liang vaginaku.
Setelah Dokter itu melepas, batang penisnya dari liang vaginaku. Aku kembali mengenakan pakaianku. “nah, bagaimana, berasakan, berarti anda memang suka sama penis orang lain” kata Dokter itu. “ha, apa maksudnya Dokter?” tanyaku.
“Yah, kamu memang tipe istri yang suka selingkuh, kamu doyan n-g-e-n-t-o-t sama orang lain ha.. ha.. ha.. “ejekan Dokter itu membuat panas hatiku. Aku segera keluar dari ruang praktik Dokter itu, dan langsung berlari pulang.
Di rumah, aku menangis, hatiku pedih, baru kali ini aku di rendahkan orang seperti itu. Tapi aku juga merasakan nikmat yang luar biasa, yang di berikan Dokter itu. Aku memenuhi bathtub ku dengan air hangat, lalu aku berendam. Aku memejamkan mata, aku lebih merasa bersalah terhadap suamiku sekarang. Apa kata kata dokter itu benar.
Sensor hindungku seperti menangkap bau menyan. Aku membuka mataku, tak ada apa, hanya imajinasiku saja pikirku. Kembali aku menenangkan diri, air hangat ini membuat otot otot ku menjadi rilex.
Tida tiba, aku merasa seperti ada yang mengelitik vaginaku. Aku langsung berdiri, memegang vaginaku, aku tak menemukan sesuatu, bulu kudukku sontak berdiri. Apa apa ini. Tida tiba tubuhku kaku, aku tak bisa mengerakan anggota tubuhku, bibirku terkunci, aku seperti patung.
Dalam keadaan tegang itu, aku merasa jelas sekali seperti ada sosok yang tak nampak mata sedang merabai vaginaku. Benda seperti jari jari tangan itu menyelinap masuk ke tubuhku, bermain di dalam liangku. Anehnya, aku merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Dalam keadaan tubuh yang kaku, lendir kenikmatan ku keluar begitu saja.
Semua organ sex ku, menjadi sangat terangsang. Aku benar benar nikmat, samapi tak bisa menahan kenikmatan itu, tiba tiba tubuhku terbebas dari ke-kaku-annya, tubuhku bergetar hebat, “ohhhh ahhhhh”.
Tubuhku terjatuh dalam bathtub, terpeleset, rebah. Kini tubuh kembali merasakan air hangat di bathtubku. Mataku terasa berat sekali, rasa ngantuk menyerangku, aku seperti melayang, dalam setengah sadar aku mendenga suara yang ku kenal, sayup sayup Ki Bayu berkata “bagai mana Dina, apa kau merasa nikmat dengan permainanan ku tadi, kau memang istri yang suka selingkuh ha.. ha..ha.. “

“Mami, mami..”. Aku merasa tubuhku di goyang, di bangunkan, aku membuka mataku, aku melihat suami dengan wajahnya yang kawatir. “mami, kamu kenapa sayang, ayo bangun,” kata suamiku menarik tanganku.
Tapi tubuh seakan lemas tak bertulang, “papi.. mami sakit, pusing…” suaraku lemah. Suamiku langsung mengendongku, membawaku ke kamar, dan memaringkan tubuhku di ranjang.. Tubuh tak bisa bergerak, suaraku sesak, tapi kesadaranku tetap tinggi. Bola mataku bisa melihat jelas, wajah kawatir suamiku.
Tangannya sibuk menekan tombol Hp nya. Dia menelpon Dokter Benny, dokter keluarganya. Selagi menunggu ke datangan Dokter Benny suami saya dengan penuh kasih sayang, membelai rambutku, dia mencium keningku.
Hatiku menjerit, Andika maafkanlah diriku. Setelah Dokter Benny tiba, tubuh langsung di periksa. “bagaiman dok, apa istri saya kena stroke ? “tanya suamiku dengan cemas.
“Hasilnya Setelah di cek tekanan darah normal, detak jantung juga normal, tak ada tanda tanda stroke” kata Dokter Benny.
“Dan lalu apa, penyakitnya Dok ? “tanya suamiku. Dokter Benny tampak bingung juga, dia berkata “Untuk sememtara, saya menduga istri anda kelelahan”. Suami tampak tak puas dengan jawaban Dokter Benny. “begini saja, saya akan memberi resep, kita lihat besok, jika tidak ada perubahan, bawa istri kamu ke rumah sakit” kata Dokter Benny.
Besoknya Aku di bawa suamiku ke rumah sakit, Tubuhku masih lemas, tapi aku sudah bisa mengerakkan anggota tubuhku. Dari hasil pemeriksaan USG, dan hasil tes Lab, tubuhku normal saja. Ini yang membuat suamiku bingung.
Aku tahu penyakitku, aku tahu penyebabnya Ki Bayu, dia menginginkan kehangatan tubuhku, dia tak mau melepaskan tubuhku. Dalam keadaan setengah sadar di bathtub beberapa hari yang lalu, aku seperti berbicara dengan Ki Bayu.

Ada semacam telepati atau filing baha Ki Bayu menginginkan tubuhku, dan nanti dialah yang akan membuat tubuhku suka dengannya. Walaupun jiwaku menolak dan  hatiku tidak sudi.. tetapi tubuhku menginginkan Ki Bayu. Dan kurasa Ki Bayu tidak akan melepaskan tubuhku.
“Begini Mami, tadi Cintami menyarankan aku untuk  membawa kamu ke orang pintar, dia ada kenalan namanya Ki Bayu” kata suamiku. Kepalaku rasanya seperti di pukul palu besar. “Tapi apa papi percaya sama dukun” kataku. “Percaya aja kalau memang bisa menyembuhkan mami, apa salahnya dukun” kata suamiku lagi. “Aku tidak mau Pi” kataku.
Selagi suamiku sedang mandi, maka kucoba menelpon Cintami. “Cintami kamu gila yah, kenapa kasih tau Andika masalah Ki Bayu?”. “tenang Dina, ku ngak bilang kamu dapet jodoh dari Ki Bayu koq ““kamu engak tahu yah, ku tuh udah di......” aku segera menghentikan kata kataku.
Akupun tak pernah menceritakan tentang hubungan ku dengan Ki Bayu. Kalau aku bicara takutnya akan menjadi bumerang bagiku. Dina pun bertanya “tahu apa ?, kamu kan bisa dapet Andika dari dia juga to...., lha kenapa kamu ga  minta tolong sama dia?”. Akupun  menarik nafas “yah sudah deh... biar kupikir-pikir dulu” kataku sambil memutus hubungan telepon itu.
Dan pada keesokan harinya, tanpa ku ketahui suamiku, pulang dengan membawa Ki Bayu.
“Hi...mami, itu di ruang tamu ada  Ki Bayu, dia bilang akan mencoba mengobati kamu” kata suamiku. “ha, Ki Bayu, aku gak mau, aku gak percaya dukun” kataku protes. “sudalah mi, di cobakan ngak ada salahnya” kata suami merayuku. Benar benar Ki Bayuo tak mau melepaskan diriku.

Aku mengalah saja , dan suamiku segera membawa Ki Bayu masuk ke kamarku. Ki Bayu pun tersenyum saat melihatku, aku memandang rendah dirinya. “Saya akan periksa istri bapak” kata Ki Bayu kepada suamiku. “Silakan pak” kata suamiku.
Dan segera saja Ki Bayu memegang tanganku. sambil mulutnya berkomat kamit. “wah, istri anda di ikuti barang halus” kata Ki Bayu. “wah, bisa di tolong Ki?” tanya suamiku. “oh ini hal mudah..” kata Ki Bayu.

“Begini ...., sekarang saya minta berduaan dengan istri anda, Dan selama pengobatan tidak boleh ada yang mengganggu , karena jika konsentrasi saya terganggu maka jiwa istri anda akan terancam, apakah anda mengerti ?” kata Ki Bayu.
“Oh saya mengerti Ki” kata suami saya tanpa curiga.

“Mami, saya tinggal dulu yah, biar lah kita kasih sesempatan sama Ki Bayu” kata suamiku. Aku diam saja, mau bilang tidak rasanya tidak mungkin.
Setelah suamiku keluar ruangan, Ki Bayu langgsung saja mengunci pintu kamarku. Dan aku benar- benar tak bisa apa apa, kini aku harus ditiduri Ki Bayu di ranjang ku dan suamiku sendiri.
Ki Bayu pun segera  mendekat, Aku melotot “jangan macam macam, aku akan teriak “ancamku.

“Apa kau sudah  lupa yah, dari siapa kau mendapatkan suamimu lagi” kata Ki Bayu sambil membuka celananya. Penisnya yang besar mengacung tepat di wajahku. Setelah melihat penisnya tubuh seketika mendapat tenaga extra. Aku seperti tak bisa mengatur tubuhku.
Aku meraih batang penisnya tegak itu, memainkan dengan nafsu. Lalu aku membuka mulutku lebar lebar, dan aku mengulum penisnya. Penis itu aku sedoot sedot, sepreti anak kecil yang mengharapkan susu dari ibunya..

Ki Bayu memegang kepalaku, dan terus mengocok batang penisnya di mulutku. Kira kira lima belas menit, Ki Bayu memuntahkan spermanya dalam mulutku. Bagai orang ke hausan air maninya aku telan. Rasanya kerongkongan ku dingin dan suara serak ku hilang.
Dan tanpa ragu Ki Bayu pun  segera memreteli pakaianku satu persatu. kini dengan senyum penuh nafsu Ki Bayu menatap tubuhku, yang hanya memakai celana dalam pink. Lidahnya terus membangkitkan nafsu birahiku di seputar buah dadaku. Aku tak bisa apa apa, aku seperti wanita haus belaian sex, dari Ki Bayu.
Klitorisku rasanya mulai gatel, lendir pun mulai membasahi selangkangan celana dalamku. Sambil terus menjilati buah dadaku dengan nafsu jarinyapun bermain di selangkangan celana dalamku. Tanpa sadar, aku melebarkan kakiku sendir, sehingga jari Ki Bayu leluasa memainkan selangkangan celana dalamku.
Kemudian sentuhan jari Ki Bayu sangat terasa menembus celana dalamku. Lendir terus membasahi celana dalamku. Klitorisku semakin terasa gatel. Aku mulai tak tahan, aku mendesah pelan “shhh, Ki aku gak tahan..”. Ki Bayu terus memainkan tubuhku “yah, Dina, akuilah kamu membutuhkan diriku, kamu membutuhkan kepuasan dariku “

Dan akupun mengerang erang kenikmatan “yah Ki, Dan aku butuh, aku mau Ki.. aku mau..”. Jari Ki Bayu pun semakin cepat, kemudian tiba-tiba tubuhku bergetar hebat dan memekku sangat basah. Tubuhku melengkung, tandanya aku mencapai puncak birahi.
Dengan tanpa melepas celana dalamku, Ki Bayu memasukan penisnya dengan menyingkap celana dalamku ke samping. “Aaahhh.. Ki…”.

“Nampaknya kamu suka Dina..” kata Ki Bayu setelah seluruh batang penis besarnya menancap di liang memekku. “Oooooh Ki, saya suka sekali . ayoooh goyang terus  Ki “pintaku.

Dan Ki Bayu pun bergerak, maju dan mundur, penisnya yang besar itu merodok liang vaginaku dengan nafu yang tinggi. Aku mendesah desah, nikmatnya tak bisa kubayangkan. Gesekkan penis besarnya, membuat klitorisku menjadi membengkak. karena nikmat.
Ki Bayu terus saja mengoyang liang vaginaku, Dan aku benar benar di buatnya melayang, tak lama kemudian tubuhku mengejang, mencapai puncak birahiku. Hingga beberapa kali aku mencapai klimaks, Sampai-sampai Ki Bayu juga menyumburkan spermanya di memekku.
Dan setelah batang penisnya tercabut, Ki Bayu merapikan celana dalamku, dan dia membiarkan spermanya di dalam liang vaginaku. Akupun sama sekali tak keberatan. Dan anehnya aku malah merasakan vaginaku menjadi sensitif.
Dan Anehnya tubuhku kembali normal seperti sediakala. Malahan terasa lebih sehat. Ki Bayu menyuruhku berpakaian kembali lalu dia memanggil suamiku.
“Lihatlah istri anda telah sembuh” kata Ki Bayu. Suamiku menghampiri diriku “wah, bagaimana Mi, apa sudah mendingan”. “yah, aku jauh lebih baik “jawabku.Suamiku pun mengucapkan terima kasih pada Ki Bayu.

“Emmm...Begini, sekarang istri anda telah sehat, akan tetapi mahluk halus yang berhasil saya keluarkan dari tubuh istri anda, pasti bisa balik lagi” kata Ki Bayu.
“waduh...terus baiknya gimana Ki ? “tanya suamiku pada Ki Bayu.
“Hmm ...Yahhh, saya harus menjaganya untuk beberapa Hari di tempat ini” kata Ki Bayu menerangkan pada suamiku..
“Oh kalau begitu saya berterima kasih Ki, karena Ki Bayu mau menolong kami, Ki Bayu bisa menempati di kamar atas, itu kamr khusus buat tamu yang menginap di rumah kami ". kata suamiku. “Kalau begitu baiklah” kata Ki Bayu setuju.
Dan kemudian mereka ke luar dari kamar ku, dan suamiku membawa Ki Bayu ke kamar atas.Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamku, meraba vaginaku yang basah oleh sperma Ki Bayu, meraba klitorisku sendiri, dan merasa nikmat.
Setelah  melihat kondisi tubuhku yang sudah pulih kembali, suamikupun tampak sangat gembira sekali. Malam itu dia mencumbuku dengan hebatnya, sudah seminggu ini aku tak bisa melayaninya. Malam ini suamiku menagih minta jatah ML. Aku segera  bercumbu denganya hingga suamiku terangsang sekali.

Tapi tetap saja, setelah penis itu dalam vaginaku aku tak merasakannya. Suamiku mendasah kenikmat, memuji muji betapa nikmat liang vaginaku, sedang aku sendiri tak pernah merasakan nikmatnya penis suamiku. Dan akhirnya suamiku mencapai puncak kenimatannya. dangan menyiram banyak sperma di rahimku.Akupun hanya tersenyum. Tak lama suami yang ke lelahan itu telah terlelap.

Kakiku langsung melangkah kecil, perlahan gagang pintukamarku aku buka, aku berjalan mengendap endap ke kamar atas. Dan Ki Bayu, sepertinya sudah tahu, kulihat dia sudah bersiap siap. Akupun melepas gaun tidurku.
” Coba katakan apa yang ada di hatimu” kata Ki Bayu. “Ki, puaskan diriku, aku ingin Ki “pintaku.

Ki Bayu merangkul diriku, menyuruh aku menunging, penisnya yang telah siap itu, di masukan dari belakang. “heemm” desahanku yang ku tahan.

“Dina, menjeritlah sepuasmu,  Dan sekeras apapun jeritanmu suamimu tak akan bangun ha ha ha” kata Ki Bayu. Penis itu terus mengesek dinding vaginaku, akupun menjerit, mengerang nikmat. Sampaii aku  merasa puas.

Dan setelah nafsuku terpuaskan, aku segera mengenakan pakai-an ku kembali. “Ki Bayu, apa Ki Bayu bisa mengemudikan mobil?” tanyaku. Ki Bayu tersenyum, sambil dia mengelus elus punggungku.

Aku berjalan menurunin tangga rumahku, dan kembali ke kamar tidurku. Kali ini aku tertidur dengan membawa kenikmatanku. Dan pada keesokan paginya tubuhku terasa segar sekali dan wajahku juga berseri seri. “Mami.... wah sekarang mami benar benar sudah sehat ya?” kata suamiku. Akupun mengangguk kemudian memeluk dan mencium suamiku.
“Pi..... Gimana kalau Ki Bayu kita jadikan sopir pribadi aja, Dan Ki Bayu sudah setuju tuh” kataku.
“Oh, kalau dia mau tentu saja boleh” kata suamiku.


Akupun tersenyum kegirangan sambil memeluk dan mencium pipi suami ku. Ahhaaa....dalam batinku , hari-hariku pasti lebih indah dan menyenangkan karena aku seperti Ratu yang dimanjakan oleh suamiku dan juga Ki Bayu , laki-laki yang bisa memuaskanku.

 Untuk  Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :


Posted By : 233bet.com