Agen Casino Slot - Mbak Ira Suster cantikku - Kejadian ini terjadi di sebuah rumah sakit. Saat itu aku baru saja mengalami kecelakaan.
“Ada apa Dik?” tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali. Tubuhnya
yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat
saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan
menggiurkan, meskipun tubuhnya masih tertutup jilbab rapat. Maklum,
rumah sakit ini milik yayasan Islam.
Agen Casino Slot - Justru jilbabnya itu bikin Mbak
Ira, nama suster manis ini, tambah cantik.“Eh, ini Mbak. Saya merasa
tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan
sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah
boleh mandi hari ini mbak?”, tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia
masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu.
Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India
kalau dilihat sekilas.
“Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih
jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama pak dokter apa adik
sudah boleh dimandiin apa belum”, jelasnya ramah.
Mendengar
kalimatnya untuk “memandikan”, saya merasa darahku seolah berdesir
keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak
Ira mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya
terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien
rumah sakit yang tipis itu. “
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang
terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali
tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku
dengan selimut.
Suster Ira tersenyum seolah menyimpan hasrat
tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja
disamping tempat tidurku. “Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan
terasa lengket”, lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri
telapak tangannya dengan bedak. Saya tidak bisa menjawab, jantungku
rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku
dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa
membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira kemudian
menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan
tengkurap diatas tempat tidur.
Tangannya mulai terasa melumuri
punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak
bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak
membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana
biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar
berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan
tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan
ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini.
fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu
meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening
mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.
“Dik Iwan sudah
punya pacar?”, tanya mbak Ira kepadaku. “Belum Mbak”, jawabku berdebar,
karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara. “Dik Iwan, pernah
main sama cewek ngga?”, tanyanya lagi. “Belum mbak” jawabku lagi.
“Aku juga belum. Sampai hari ini aku belum pernah.” Katanya tiba-tiba sedih. Matanya menerawang. Jilbabnya melambai-lambai.
“Aku terus menjadi idealis sampai hari ini. Tapi ternyata…aku
dikhianati…aku memakai jilbab karena ajakan seorang kakak kelas. Aku
menyukainya, karena itu aku memakainya sampai sekarang… ternyata…ia
malah menikah dengan wanita lain!”
Hening sejenak. wajahnya sendu dalam balutan jilbab seragam suster itu.
“Mau bantu mbak balas dendam?”
Wow,
nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat
saya menjawab, mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku,
diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali,
kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku
didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya. “Ahh, geli Mbak”m
rintihku keenakan.
Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan
akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa,
setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat
lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa
sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku.
Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu.
Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh
mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba
pinggulnya yang montok itu dari luar seragamnya.
Namun, saat saya
mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
“Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat”,
katanya. Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari
tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut
kamar.
Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian
dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik
dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua
pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat. Kemudian dia
sendiripun melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang
dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik
Bra-nya yang berwarna hitam. Saat ia mau melepas jilbabnya, aku
menahannya.
“Lebih cantik pake jilbab”, kataku. Ia hanya tersenyum.
Kami
pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu.
Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan
kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin
nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada
dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan
lidah dan sesekali menggigitnya, sambil kuremas jilbabnya. “Yes, enak..
ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih”, desahnya seolah geram sambil
meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.
Kini tangannya
mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya.
Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun
melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil
membiarkan Mbak Ira memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok
mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua
tangannya. Kepalanya yang berjilbab bergoyang-goyang.
“Ahh, enak
banget Mbak.. asik.. ahh… ahh..”, desahku menahan agar tidak
menyemburkan maniku cepat-cepat. Kuremas payudaranya saat dia terus
mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya
diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya
sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.
Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku.
Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan
berjongkok tepat diatas posisi kakiku.
Kami saling melayani,
tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya
sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik
memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa
basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan
jempol kaki. “Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak
banget”, desahnya keras. Namun suara cipratan air bak begitu keras
sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas
desahannya dengan keras juga. “Mbak Ira, sedotin kontol saya dong..
please.. saya kepingin banget”, pintaku karena memang sudah dari tadi
saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF
yang biasa kutonton. “Ih.. kamu nakal yah”, jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku
yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma
bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan
kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.
Dan
tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar,
kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam
mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa
sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
“Ahh.. ahh..”, saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan
mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis
itu. Kupegang kepalanya yang berjilbab untuk menahan gerakan tarikan
kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya
sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar
terasa geli dan nikmat sekali. Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba
saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar
kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan
segera “keluar”, Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan terus
disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali. “AHH..
AHH.. Ahh.. ahh”, teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat
kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut
mbak Ira.
Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati
cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan
kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan
dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru
dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi,
masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka serta
jilbab yang kusut. ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini
memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia
mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari
mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan
langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita
melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu
secantik dan semanis mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai
berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di
atas toilet sambil memandang aktifitas “panas” yang dilakukan mbak Ira.
Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi
sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.
Saat
melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak
Ira tampak semakin terangsang juga. Tampak tangannya mulai menyelip
sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat.
Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras
dan terlihat makin mancung itu. “Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas
ya..”, canda mbak Ira sambil mendekati diriku. Kembali digenggamnya
kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk
memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang
sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah mbak Ira, kini kembali
basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan
jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya. “Ngga usah, biar cukup
mbak aja yang puasin kamu.. hehehe”, agak kecewa saya mendengar
tolakannya ini. Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku
sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja
dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya
dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.
Kali ini saya bertahan
cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik
“bermain” di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya
kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa
letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat
mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap
kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami
berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sunggu hebat pikirku, dia
mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.
Setelah
beberapa saat, dia melepaskan hisapannya. Dia merintih, “Ah.. ahh..
ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar”, teriaknya sambil
mempercepat gosokan tangannya. “Sini mbak, saya mau menjilatnya”,
jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat
prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu. Mbak
Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.
“Nih.. cepet hisap Wan, hisap..”, desahnya seolah memelas.
Langsung
kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku
benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian
kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku
dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu
jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar
kelentitnya. “Ahh.. ahh..”, desah mbak Ira disaat terakhir berbarengan
dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir
muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium
bau amis itu. Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar
kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun
orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan
yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke
tujuh.
Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia
duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah
lemas.Akhirnya, kulap spermaku dengan jilbabnya.
Untuk Melihat Video Selengkapnya Klik Di Bawah ini :
No comments:
Post a Comment